JAKARTA – PT PLN (Persero) ternyata hingga kini masih kesulitan untuk mengamankan pasokan batu bara untuk kebutuhan pembangkit listriknya. Disparitas harga yang berbeda jauh masih jadi salah satu faktor yang membuat para pemasok batu bara lebih memiliki ekspor.

Sapto Aji Nugroho, EVP Batubara PLN, mengungkapkan dampak tingginya harga batu bara di pasaran membuat pemasok berlomba-lomba untuk mengirim batu bara ke luar negeri. Ini membuat fasilitas yang terbatas menjadi penuh dengan batu bara yang bakal diekspor sehingga tidak memberikan kesempatan bagi batu bara yang mau dipasok ke PLN.

“Temen-temen pemasok kesulitan mendapat truk slot jetty mencari tongkang harus bersaing dengan ekspor dia mau membayar lebih tinggi. Ini membuat beberapa pemasok yang menyampaikan ke PLN kami dalam kondisi ini berat memenuhi kontrak dengan PLN,” ungkap Sapto di Jakarta (2/8).

PLN kata Sapto butuh batu bara yang semakin banyak di tahun ini, apalagi setelah perekonomian menggeliat pasca pandemi COVID-19 yang mulai bisa dikendalikan. “Ternyata kebutuhan kami meningkatan tajam 84,7 juta terdapat kerunagan 15,5 juta. Kenapa? Begitu covid membaik ekonomi Indonesia berkembang dengan sifgnfikan sehingga berdampak pada demnad kelistrikan yang meningkat tajam,” ujar Sapto.

Menurut Sapto, persoalan suplai ini sebenarnya bukan hanya dirasakan oleh PLN tapi juga oleh industri seperti pupuk atau semen yang harga batu baranya juga sudah dipatok pemerintah yakni US$90 per ton. Dia menjelaskan kondisi saat ini selain kontrak eksisting yang kesulitan mengirim batu bara, tingginya harga membuat penambang yang sudah berkontrak dengan PLN dan kontraknya berakhir tidak ada yang mau perpanjang kontrak.

“Penambang yang belum berkontrak dengan PLN tidak ada yang mau berkontrak dengan PLN,” ungkap Sapto.

Menurut dia rencana pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) batu bara bisa jadi solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah disparitas harga serta katahanan suplai.

“PLN berharap pemerintah megimplementasikan BLU itu dapat segera direalisasikan sebagai solusi atas disparitas harga. tak hanya bagi PLN ini juga pemasok. Dimana PLN tetap membayar 70 dan sisanya diatanggung oleh gotong royong penambang. Kami sampaikan permasalahan baik PLN maupun pemasok kita sama sama dalam kondisi yang nggak baik baik kami PLN-nya, pemasoknya oleh karena itu kami dorong sama-sama BLU keluar sehingga pemasok yang punya kontrak nggak mengalami kesulitan,” jelas Sapto. (RI)