JAKARTA – PT PLN (Persero) kembali menegaskan bahwa penggunaan kendaraan listrik secara nyata bakal menurunkan emisi, bahkan jika listriknya dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara.

Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN, menjelaskan emisi yang dihasilkan 1 liter bensin sebesar 2,4 kg CO2. Sementara  tenaga listrik  emisinya setara 850 gram per kwh. Maka, jika satu kendaraan berjalan sejauh 10 km perlu 1 liter bensin sama dengan daya listrik 1,2 kWh, tinggal dikalikan akan diketahui emisi yang dihasilkan. Emisi yang dihasilkan pun sebenarnya bukan dari kendaraan tapi pembangkit listrik.

“Karena ada PLTU, PLTA, PTLD, Gas. Itu 850 gram (emisi). Kalau dikali 1,2 kWh maka 1.100 gram CO2. Jadi, coba ada yang ngomong, tapi itu listriknya batu bara, kalau batu bara semua, 1 kWh listrik 1 kg CO2. Jadi, pakai kendaraan listrik sudah bisa mengurangi emisi 50%,” kata Darmawan di sela-sela Investor Daily Summit, Selasa (11/10).

Selain dari sisi efektif untuk emisi, penggunaan kendaraan listrik jelas lebih hemat ketimbang kendaraan konvensional. PLN, kata Darmawan, telah melakukan uji coba Jakarta – Bali dengan perhitungan 1 liter bensin biaya Rp15 ribu rupiah. Kalau naik Inova, 10 km dan setara 1,1-1,4 kWh listrik untuk tembus 10 km.

Harga 1 kWh listrik tanpa subsidi Rp1.600 – Rp2.000 karena itu biaya menggunakan kendaraan listrik seperlima dari kendaraan konvensional.

“Kok bisa seperlima. Ada hukum kekekalan energi, bisa di-transform. Energi bensin jadi kinetik 12-15%. Sisanya jadi panas. Tapi kalau energi listrik jadi kinetik itu sangat efisien. Coba dilihat, kipas angin ada knalpotnya gak? Artinya, transformasi energi sangat efisien,” jelas Darmawan.

Dengan dua kelebihan itu saja sudah sepatutnya masyarakat mulai mempertimbangkan untuk beralih ke kendaraan listrik. Untuk menambah antusiasme dan keinginan beralih ke kendaraan listrik PLN juga memfasilitasi berbagai kemudahan.

Begitu ada pembelian mobil listrik PLN langsung kirim tim untuk pasang home charging untuk  disinkronisasikan dengan sistem PLN. Kemudian membangun 150 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).

“Kami tambah lagi, kami franchise, dengan perbankan, starbak, mall perkantoran. Soalnya kami nggak ada lokasi yang strategis. Jadi ada pihak investasi, kami siapkan teknologi, ini memang ada upsize juga dari mereka, ini sudah berjalan,” ujar Darmawan.

Tidak hanya untuk mobil, kemudahan juga diberikan untuk motor listrik.

Motor listrik, sekali pengisian daya untuk jarak 60 km. Artinya jika ojek online kan sehari bisa 150 km harus ganti baterai 2-3 kali. Untuk itu, PLN bangun swap station. SPBKLU.

“Kami kerjasama dengan Grab, Gesit, biar, semua. Kami disini membuat swab station dan kami sambungkan dengan PLN Mobile. listrik baterai itu, Rp4.500 – Rp5.000. Baterai swab itu bianya. Tapi itu sepertiga lebih murah. Cost saving, feedback-nya 3-4 tahun. Harapaan kami  semua, mobil listrik dan motor listrik kompetitif, maka cost saving-nya. Perubahan ini dari impor ke domestik energi, energi mahal ke energi murah, kami percepat pertumbuhan ekonomi, dan kita ke energi lebih bersih,” jelas Darmawan. (RI)