JAKARTA – PT PLN (Persero) akan fokus melakukan digitalisasi dalam koneksi antar pembangkit listrik yang dikelola oleh dua anak usahanya PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) dan PT Indonesia Power.

Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN, mengungkapkan digitalisasi koneksi antar pembangkit sangat penting untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan yang sekarang mulai mengandalkan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).

Dia menjelaskan pembangkit EBT yang sekarang masuk jaringan PLN selain panas bumi yang dapat menjadi baseload misalnya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) serta Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Ke depan dua jenis pembangkit itu memang akan makin digenjot pembangunannya. Ketika pembangkit EBT intermiten beroperasi maka diperlukan sistem yanh bisa langsung mengaktifkan pembangkit apabila kemampuan pembangkit EBT mulai menurun karena cuaca misalnya.

“Dengan masuknya pemangkit EBT, misalnya pembangkit surya yang intermiten dan ada juga wind (angin) yang intermiten saat jam 10 – 2 siang artinya pembangkit surya naik pembangkit lain kita diturunkan,” jelas Darmawan.

Pengaturan pembangkit ini harus dilakukan dengan tepar karena sistem jaringan PLN akan sangat terganggu jika terjadi masalah.

“PLTS turun pembangkit kita digas (aktif) ini berikan tekanan luar biasa pada sistem kita dengan masukalnya era bari EBT ini berbasis pada alam. Misalnya angin kencang listrik naik, sepoy-sepoy ya listrik turun dan kami harus imbangi itu tentu saja kami perlu bangun sistem digital,”jelas Darmawan.

PLN akan menggenjot pemasangan alat khusus sebagai sensor agar secara otomatis pembangkit bisa langsung aktif saat salah satu pembangkit EBT kekurangan daya akibat intermiten. “Dalam dua tahun ini kami fokus melakukan digitalisasi pertama yang kami digitalisasi adalah pembangkit kami di pembangkit ada 5.000 sensor,” ujar Darmawan. (RI)