JAKARTA- PT PLN (Persero), badan usaha milik negara di sektor ketenagalistrikan, mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp13 triliun sepanjang 2021. Capaian laba ini naik signifikan dibandingkan perolehan laba bersih pada 2020 yang tercatat Rp5,95 triliun.

Kenaikan laba perusahaan didorong oleh meningkatnya penjualan tenaga listrik. Sepanjang 2021, PLN membukukan pendapatan dari penjualan tenaga listrik sebesar Rp288,8 triliun, naik dari Rp274,8 triliun pada periode 2020. Peningkatan pendapatan juga dipicu oleh pembayaran kompensasi sebesar Rp24,59 triliun dibandingkan Rp17,9 triliun (year-on-year).

Laporan keterbukaan publik PLN yang dirilis Selasa (24/5/2022) juga menyebutkan kenaikan laba dan pendapatan juga diiringi naiknya beban usaha perseroan. Beban usaha dari tadinya Rp301 triliun pada 2020 menjadi Rp323 triliun pada 2021. Terbesar adalah beban bahan bakar dan pelumas mencapai Rp118,4 triliun dari sebelumnya Rp106 triliun (year-on-year).

PLN juga mencatatkan peningkatan aset dari sebelumnya Rp1.588 triliun menjadi Rp1.613 triliun. Ini terdiri atas aset tidak lancar Rp1.527 triliun (dari sebelumnya Rp1.491,6 triliun) dan aset lancar turun menjadi Rp85,9 triliun dari sebelumnya Rp97,2 triliun (year-on-year).

Ekuitas PLN pada 2021 mencapai Rp981 triliun, naik dari Rp939,8 triliun. Adapun utang PLN pada 2021 turun jadi Rp631,6 triliun dari 2020 sebesrar Rp 649 triliun. Ini terdiria tas utang jangka panjang yang turun dari Rp499,47 triliun menjadi Rp485 triliun dan utang jangka pendek yang juga turun dari Rp149,63 triliun menjadi Rp146,5 triliun. (DR)