JAKARTA – Rencana PT Pertamina (Persero) untuk melakukan penawaran saham ke lantai bursa atau Initial Public Offering (IPO) salah satu unit bisnis yakni di bisnis panas bumi ternyata masih harus menunggu kajian. Padahal Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sebelumya menyatakan IPO dua anak usaha Pertamina, PT Pertamina International Shipping (PIS) dan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) bisa direalisasikan tahun ini.

Untuk IPO PGE rencananya bisa dieksekusi setelah terbentuk holding panas bumi antara PGE, PT PLN Gas & Geothermal (PLN GG) serta PT Geo Dipa Energi (Persero).

Dicky Septriadi, Sekretaris Perusahaan Pertamina Power Indonesia atau Subholding Power and New Renewable Energy Pertamina, mengatakan hingga saat ini belum ada keputusan akhir terkait pembentukan holding panas bumi maupun IPO.

“Proges masih dalam tahap kajian belum ada sampai ke titik kesimpulan yang kiranya menjadi final decision. Itu semua di pemegang saham kami dari BUMN siap melaksanakan apapun aspirasi pemegang saham. Saat ini masih tahap kajian,” kata Dicky saat diskusi virtual dengan media, Kamis (1/7).

Menurut Dicky, salah satu yang menjadi perhatian adalah terkait regulasi yang memayungi holding maupun aksi IPO nanti. “Kedua aspek regulasi salah satu konsen adalah kesesuaian pada regulasi yang terkait jangan sampai nanti proses yang tujuanya baik yang target ingin mengoptmalkan proses bisnis di BUMN banyak hambatan. Ini terkait regulasi masuk ke aspek kajian kami,” kata dia.

Kajian yang dilakukan nantinya akan menjadi basis keputusan apakah IPO akan tepat jika dilakukan tahun ini atau harus menunggu momen yang pas.

Dicky memastikan setiap aksi korporasi apalagi pelaksanaan IPO akan mengacu dari hasil studi yang dilakukan.

“Kalau misal ditunda atau melihat market, harus based on study, evaluasi komprehensif apapun itu strategi-strategi yang tersedia mau dilaksanakan perlu melihat yang kira-kira baik untuk perusahaan long term. Ini untuk memastikan dapat keyakinan yang prudent, harus komprehensif. Ditunda atau enggak, masih belum ada info tersebut,” ungkap Dicky.

Pahala Nugraha Mansury, Wakil Menteri BUMN I, sebelumnya pernah menyatakan penggabungan ini diharapkan akan selesai pada kuartal III atau IV 2021. Rencana penggabungan ketiga perusahaan tersebut diharapkan tidak molor agar sejalan dengan upaya pemerintah untuk menuju dekarbonisasi. Setelah tiga perusahaan ini digabungkan kapasitas pembangkit yang dimiliki akan mencapai 1,4 giga watt (GW).

“Kami mengharapkan bahwa semuanya kita, dari Kemenkeu sudah komit bahwa akan menggabungkan ini semua. Kita tunggu saja. Kami harapkan integrasi yang disampaikan Bu Dirut (Direktur Utama Pertamina) ini bisa cepat, jangan sampai integrasinya lama karena beberapa pertimbangan,” kata Pahala.(RI)