JAKARTA – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO/PGE) terus melakukan ekspansi melalui eksplorasi potensi panas bumi dan pengoptimalan wilayah kerja untuk percepatan peningkatan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) hingga 1 Gigawatt (GW dalam) dua tahun ke depan. PGE saat ini memiliki 13 wilayah kerja panas bumi, termasuk tambahan penugasan di Kotamobagu, Sulawesi Utara. Total kapasitas produksi PGE saat ini sebesar 672 Megawatt (MW)

Mengusung visi sebagai world class green energy company with largest geothermal capacity globaly, PGE menargetkan untuk menjadi perusahaan pengembang energi panas bumi terbesar di dunia.

“PGE akan menjadi the largest geothermal company in the world. Sudah 30 tahun pengalaman kami  harus meng-update business model. Inilah waktunya. PGE ada 1.000 MW. We have the value, we have the power. Jadi message-nya untuk 1 GW, we are on the right track. Ini harus di dukung oleh pemerintah, mix energy policy sangat penting,” ujar Julfi Hadi, Direktur Utama PGE, dalam acara temu media di Jakarta, Kamis(14/3/2024).

Julfi menyampaikan panas bumi (geothermal) menjadi satu-satunya energi terbarukan yang memiliki kemampuan untuk menjadi baseload pembangkit listrik menggantikan batubara. Ia menekankan bahwa baseload memainkan peran penting, sehingga harus mentrigger geothermal agar bisa berjalan.

“Saat ini geothermal masih marjinal. Kalau kita bisa men-trigger yang selama ini menjadi bottle necking, mudah-mudahan bisa akselerasi. 2026 kita akan menjadi 1GW, ada ruh PGE untuk akselerasi. Sekarang PGE sudah hampir 680 MW, ada 1.000 MW upside, dan growth project-project baru dan dengan sendirinya untuk menjadi the biggest geothermal company in the world itu ada di depan kita. Sebagai Perusahaan geothermal terbesar di Indonesia harus membawa geothermal ini maju,” ujar Julfi.

Dalam kesempatan yang sama Ahmad Yani, Direktur Operasi PGE, mengatakan PLTP Kamojang masih menjadi kontributor terbesar. “Di tahun 2024 target kapasitas PLTP PGE mencapai 728 MW. PLTP Lumut Balai mencatatkan penyerapan hingga 90% oleh PT PLN (Persero). Di tahun 2024 menjadi peluang PGE untuk meningkatkan penyerapan. Di PLTP Ulubelu ada penambahan kapasitas sebesar 20 MW, sehingga meningkatkan produksi,” ujarnya.

Ahmad Yani mengatakan sepanjang 2023 PGE mencatatkan kinerja positif, yang didorong percepatan akselerasi sehingga tercipta additional revenue.

PGE juga terus mendukung pencapaian target net zero emission Indonesia pada 2060 melalui skema perdagangan karbon.
“Pada 2023, perseroan berkontribusi di pasar karbon domestik dengan penjualan carbon credit sebesar US$0,76 juta atau setara 864.209 ton CO2eq dibandingkan US$0,75 juta di 2022,” jelas Yurizki Rio, Direktur Keuangan PGE.

PGE pada 2023 mencatatkan laba bersih sebesar US$163,57 juta, meningkat signifikan sebesar 28.47% dari tahun 2022 sebesar US$127,32 juta. Sementara itu, pendapatan pada tahun 2023 mencapai US$406,29 juta, naik dari US$386,07 juta pada tahun sebelumnya.

Penjualan mengalami peningkatan dengan kontribusi utama berasal dari area Kamojang sebesar US$151,51 juta, diikuti secara berurutan oleh Ulubelu sebesar US$120,18 juta, area Lahendong sebesar US$83,88 juta, area Lumut Balai US$41,32 juta, dan area Karaha dengan US$9,38 juta.

Di tengah pertumbuhan laba dan pendapatan, beban penjualan perseroan hanya mengalami kenaikan 3.33% menjadi US$178,98 juta dari US$173,21 juta di tahun 2022. Margin laba bersih yang mengalami kenaikan menjadi 40% dari 33% di 2022 menunjukkan kemampuan PGE dalam meningkatkan kinerja produksi dan mengendalikan beban penjualan yang menunjukkan konsistensi PGE dalam melaksanakan Operational Excellence.

PGE telah menjalin kemitraan strategis dengan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) untuk mendorong percepatan pengembangan potensi panas bumi di Indonesia. Kemitraan ini menandai langkah progresif dalam mencapai target transisi energi. Kemitraan ini ditandai dengan dilakukannya penandatanganan Joint Development Study Agreement (JDSA) di Bali pada 22 Februari 2024.

PGE dan PLN IP mengadopsi skema baru untuk meningkatkan komersialisasi proyek panas bumi dengan menambah kapasitas produksi listrik melalui utilisasi brine (air panas hasil pemisahan uap). Kerja sama kedua perusahaan, merupakan salah satu terobosan yang dinantikan untuk pengembangan bisnis panas bumi. Melalui JDSA ini, terdapat juga sejumlah target feasibility study (FS), di antaranya adalah proyek co-generation yang atraktif dan bankable dengan kajian yang dilakukan secara komprehensif dan prudent sehingga mampu mencapai tingkat komersialitas yang optimal.

Kerja sama ini merupakan bentuk kolaborasi dua group BUMN energi di Indonesia dimana PLN sebagai pembeli tunggal (sole off-taker) dan PGE sebagai pemimpin di sektor energi panas bumi untuk memaksimalkan pemanfaatan potensi panas bumi Indonesia. Hal ini juga sekaligus untuk meningkatkan komersialisasi bisnis ini sebagai upaya strategis meraih target 1 GW kapasitas terpasang dalam 2 hingga 3 tahun ke depan.

PGE juga telah mencapai kesepakatan dengan perusahaan pengembang panas bumi Kenya, Geothermal Development Company Ltd. (GDC) dan Africa Geothermal International Ltd. (AGIL), untuk mempercepat pengembangan lapangan panas bumi. Eksplorasi dua lapangan panas bumi di Kenya yang dikembangkan PGE bersama kedua mitranya itu diharapkan bisa dimulai pada tahun 2024 ini.

PGE dan GDC pada 15 September 2023 menandatangani Non-Disclosure Agreement (NDA) untuk pengembangan potensi panas bumi di Kenya dan Indonesia. Sebelumnya, pada 22 Agustus 2023, PGE dan AGIL menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk pengembangan lapangan panas bumi Longonot yang terletak di kawasan Great Rift Valley, Kenya.

Setelah pengeboran eksplorasi akan dilakukan studi kelayakan guna mendapatkan kesepakatan pembelian tenaga listrik (power purchase agreement) dengan tarif yang layak. Akselerasi pengembangan Lapangan Suswa secara bertahap sebanyak 4 unit PLTP, masing-masing berkapasitas 50MW dengan target commercial operation date (COD) unit 1 pada tahun 2027. Target utamanya menjadikan proyek Suswa sebagai lapangan panas bumi kelas dunia dengan kapasitas 500 MW.

PGE dan AGIL juga telah menyepakati sejumlah aspek teknis, di antaranya penyiapan joint venture yang akan mengembangkan lapangan Longonot. Selain itu, PGE dan AGIL telah menyepakati pembelian tenaga listrik sebesar 140 MW dan untuk tahap awal PGE akan melakukan pengeboran eksplorasi sebesar 35 MW yang ditargetkan akan on stream pada 2027.

Kolaborasi PGE dan mitranya pada pengembangan lapangan Suswa dan Longonot di Kenya ini menandai langkah PGE menjadi global player di sektor panas bumi dan menjadikan Kenya sebagai hub pengembangan panas bumi PGE di luar negeri sebagai bagian dari kontribusi menuju Net Zero Emission (NZE) secara global.

Kolaborasi ini didukung penuh Pemerintah Kenya melalui kehadiran Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kenya dan akan didukung para pemangku kepentingan terkait, termasuk The Energy and Petroleum Regulatory Authority (EPRA), Kenya Power & Lightning Company (KPLC), dan Ketraco, dalam pertemuan PGE dan GDC.(RA)