JAKARTA – PT Pertamina (Persero) dan Petronas menandatangani perjanjian jual beli minyak mentah untuk 2020. Penandatanganan perjanjian dilakukan  Maria Rohana Nellia, Direktur PT Pertamina Malaysia EP dan Shahmsul Bahari Salleh, CEO Petco Trading Labuan Co Ltd.

Fajriyah Usman, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan penandatanganan kerja sama dengan Petronas merupakan salah satu rangkaian kerja sama dari kesepakatan yang telah ditandatangani pada Februari 2019.  Pertamina dengan Petronas akan membangun kolaborasi lebih kuat dan kemitraan jangka panjang yang memberikan benefit bagi kedua belah pihak.

“Kerja sama ini sebagai bagian dari upaya Pertamina untuk meningkatkan ketahanan energi nasional melalui optimalisasi supply chain minyak mentah yang efisien oleh kedua belah pihak,” ujar Fajriyah, Rabu (19/2).

Pertamina, lanjut Fajriyah, memiliki ladang minyak di Malaysia, begitu juga Petronas, memiliki ladang minyak di Indonesia. Kedua perusahaan dapat bersinergi untuk mensuplai hasil produksi minyak mentah ke kilang domestik di masing-masing negara yang secara geografis lebih dekat dengan sumber kargo sehingga lebih efisien logistiknya.

“Pertamina saat ini sedang melakukan optimalisasi kilang serta pembangunan megaproyek RDMP dan GRR, sehingga kerjasama ini memiliki nilai strategis untuk pengembangan bisnis di masa depan,” kata Fajriyah dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Fajriyah, Pertamina dan Petronas juga telah membuka akses informasi produk di masing-masing negara. Misalnya untuk kebutuhan impor produk gasoline RON 88 di Indonesia yang mencapai enam juta barel per bulan, Petronas menyampaikan kemampuan suplai ke Indonesia potensi mencapai 600 ribu barrel per bulan dari ekses kapasitas produksi gasoline kilang Malaysia saat ini. Kedua belah pihak sepakat untuk terus mencari peluang kerjasama dan secara bertahap diharapkan dapat meningkatkan volume transaksi migas.

Pada 2020, Pertamina dan Petronas menyepakati supply agreement dengan nilai kurang lebih US$500 juta dan potensi kolaborasi lainnya mencapai total transaksi sebesar US$ 1 miliar.

“Kerja sama di sektor migas ini juga akan membuka peluang kerja sama di sektor keuangan untuk penggunaan mata uang lokal dan pembayaran dengan skema offset sehingga mengurangi kebutuhan valas untuk membantu penguatan nilai rupiah,” kata Fajriyah.(RI)