JAKARTA – PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, memastikan tidak semua subholding bisa ditawarkan ke publik atau Initial Public Offering (IPO). Pertamina memastikan satu subholding yang tidak mungkin sahamnya dilepas ke publik adalah subholding yang fokus di bisnis kilang dan petrokimia.

Koeshartanto, Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) Pertamina, mengatakan hingga saat ini belum ditetapkan mana subholding yang akan IPO kendati subholding hulu jadi salah satu yang prospektif untuk di IPO. Namun, tak mudah bagi Pertamina untuk IPO kan subholding karena banyak parameter penentu sebelum keputusan tersebut diambil.

Subholding kilang (PT Kilang Pertamina Indonesia) itu karena pertimbangan usaha hukum dan sebagainya seperti kilang misalnya, itu tidak (IPO),” kata Koeshartanto saat dihubungi Dunia Energi, Rabu malam (17/6).

Menurut Koes, proses penawaran perusahaan ke publik perlu proses panjang. Karena itu, Pertamina tidak akan terburu-atau gegabah dalam menetapkan mana saja subholding yang akan di IPO. “IPO itu syaratnya banyak,” ujar Koes.

Bisnis kilang Pertamina saat ini berada dibawah PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) yang ditunjuk sebagai subholding kilang dan petrokimia. Ignatius Tallulembang, mantan Direktur Mega Proyek dan Petrokimia Pertamina, ditunjuk sebagai Direktur Utama KPI. Sedangkan Budi Santoso Syarif, mantan Direktur Pengolahan, didapuk sebagai Wakil Direktur Utama.

Jabatan direksi KPI diisi oleh Suwahyanto sebagai direktur proyek infrastruktur, Joko Widi Wijayanto sebagai direktur pengembangan dan perencanaan bisnis dan Djoko Priyono sebagai direktur operasi. Sedangkan direktur optimasi produksi dan bahan baku adalah Yoki Firnandi, dan Ruli Adi ditetapkan sebagai direktur layanan usaha dan SDM serta direktur keuangan Fransetya Hutabarat.

Sejauh ini ada pekerjaan besar yang diamanatkan ke subholding kilang dan petrokimia. Pertamina tengah mengerjakan lima mega proyek kilang yakni empat RDMP dan satu GRR, yakni GRR Tuban, kemudian ditambah dua pengembangan Biorefinery di Plaju dan di Cilacap. Selain itu juga ada pengembangan kilang TPPI Tuban melalui revamping TPPI serta membangun pusat olefin di TPPI. (RA)