TOKYO – PT Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE) dan Tokyo Electric Power Company Holdings, Incorporated (TEPCO HD) menandatangani nota kesepahaman tentang pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau pada Jumat (3/3).

Penandatanganan dilakukan oleh Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro dan Executive Vice President & Chief Innovation Officer (CIO) of TEPCO HD, Chikara Kojima.

Penandantanganan MoU Pertamina NRE dan TEPCO HD (Foto/Dok/Pertamina)

Nota kesepahaman ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan joint study agreement (JSA) antara keduanya pada 18 Oktober 2022 lalu di Bali.

Nota kesepahaman ini mencakup pelaksanaan survey verifikasi, seleksi bersama atas area produksi hidrogen, identifikasi segmen pasar, pengembangan pasar, dan lain-lain di Indonesia. Ke depan, keduanya akan mengembangkan hidrogen hijau dengan biaya yang efisien, serta produksi, transportasi dan teknologi amonia.

Dalam tahapan komersialisasinya, prioritas target yang disasar oleh keduanya adalah pasar domestik Indonesia, dan dalam jangka menengah hingga panjang, akan menyasar pasar ekspor ke Jepang dan negara lain.

Studi bersama yang dilakukan kedua entitas mendapatkan dukungan dari NEDO, lembaga riset dan pengembangan nasional Jepang yang mendorong pengembangan teknologi dalam rangka membangun kehidupan masyarakat yang berkelanjutan.

Dannif Danusaputro, CEO Pertamina NRE, mengungkapkan hidrogen bersih adalah salah satu bisnis masa depan Pertamina.
Pertamina kata dia saat ini juga tengah mengembangkan pilot project hidrogen hijau di area geothermal Ulubelu dengan target produksi 100 kg/hari.

“Kami sangat antusias dengan kerja sama dengan TEPCO HD dan NEDO untuk pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau ini. Kami percaya kolaborasi ini akan menciptakan nilai yang tinggi, terutama dalam upaya transisi energi serta dekarbonisasi,” ungkap Dannif, Jumat (3/3).

Indonesia merupakan negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia, di mana potensi ini selain dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pembangkitan listrik juga dapat dimanfaatkan untuk produksi hidrogen hijau serta amonia hijau.

Pertamina NRE memiliki portofolio energi panas bumi yang dikelola oleh anak usahanya, PT Pertamina Geothermal Energy, Tbk (PGEO) yang baru saja secara resmi mencatatkan sahamnya di bursa efek Indonesia. Saat ini PGE mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan kapasitas terpasang sebesar 1,8 GW, di mana 672 MW dioperasikan dan dikelola langsung oleh PGE dan 1.205 MW dikelola dengan skenario Kontrak Operasi Bersama.
Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkontribusi sebesar sekitar 79% dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia, dengan potensi pengurangan emisi CO2 sebesar sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahun.

Keseriusan TEPCO HD untuk bekerja sama dengan Pertamina NRE dalam pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau juga ditunjukkan dengan kunjungan Duta Besar Jepang untuk Indonesia ke area panas bumi PGE Lahendong pada Minggu (26/2) lalu. Kunjungan tersebut dimaksudkan untuk meninjau salah satu area panas bumi yang berpotensi untuk pengembangan hidrogen hijau. (RI)