JAKARTA-PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, secara mengejutkan kembali melakukan pembelian gas dari luar negeri yang ditandai penandatanganan Sales and Purchase Agreement (SPA) Mozambique LNG 1 yang dimiliki oleh Anadarko Petroleum Corporation, perusahaan asal Amerika Serikat. Total volume LNG yang dibeli sebesar 1 juta ton per tahun selama 20 tahun. Pembelian sendiri akan dimulai pada 2024.

Mamit Setiawan, Direktur Eksekutif Energy Watch, mengatakan kebijakan pembelian LNG cukup mengejutkan. Dia menilai, Pertamina pasti memutuskan membeli LNG dari luar negeri karena pertimbangan harga yang lebih baik.

“Harga impor mereka lebih murah dibandingkan mereka membeli dari dalam negeri karena ke depan kebutuhan LNG akan meningkat,” kata Mamit saat dihubungi Dunia Energi, Jumat (22/2).

Menurut Mamit, kebutuhan LNG Pertamina akan semakin meroket seiring peningkatan kebutuhan gas yang akan diolah di FSRU milik Pertamina untuk pemenuhan kebutuhan listrik dan industri. Namun,  keputusan impor LNG ini, lanjut Mamit, masih memiliki risiko, terutama jika produksi gas dalam negeri terus berlimpah tapi tidak ada yang menyerap. Tentu Pertamina akan jadi perusahaan yang paling dicecar pertanyaan karena membiarkan banyak LNG justru dilepas ke pasar bebas.

“Memang serba salah, tapi mereka (Pertamina) lihat harga impor lebih murah. Padahal 2018 masih banyak kargo LNG yang tidak terserap. Mudah-mudahan tidak dikatakan tidak mendukung penyerapan gas dalam negeri. Artinya kebutuhan LNG dalam negeri sudah tidak bisa dipenuhi produsen dalam negeri,” ujarnya.

Basuki Trikora Putra, Direktur Pemasaran Retail Pertamina, menjelaskan gas dari Mozambik nantinya diperuntukan bagi kebutuhan domestik termasuk kebutuhan Pertamina untuk pengembangan kilang.

“Kami sesuaikan dengan kebutuhan juga. rencana untuk kebutuhan domestik mayoritas untuk listrik dan refinery development master plan (RDMP),” ujarnya.

Menurut Basuki gas Mozambik dipilih karena dinilai memiliki harga yang murah. “Lebih murah, bagus harganya makanya ke situ kualitas juga,” ungkapnya.

Wakil Presiden Eksekutif Anadarko, Internasional, Deepwater & Eksplorasi Mitch Ingram menuturkan, Indonesia dipilih karena diharapkan menjadi salah satu pasar gas alam dengan pertumbuhan tercepat di Asia dan Pertamina, perusahaan energi nasional Indonesia, akan memainkan peran kunci dalam memenuhi kebutuhan energi jangka panjang Indonesia.

“Kami sangat senang dan berterima kasih kepada Pertamina karena memilih LNG Mozambik untuk menjadi bagian dari portofolio energi jangka panjangnya,” jelas Mitch.

Anadarko sedang mengembangkan fasilitas LNG darat pertama di Mozambik yang terdiri atas dua kereta LNG awal dengan total kapasitas papan nama 12,88 MTPA untuk mendukung pengembangan lapangan Golfinho/Atum yang terletak seluruhnya di dalam Area Offshore 1.

Anadarko Moçambique Área 1 Lda, anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Anadarko Petroleum Corporation, mengoperasikan Offshore Area 1 dengan 26,5% hak partisipasi. Co-venturer termasuk ENH Rovuma Área Um, SA (15%), Mitsui E&P Mozambique Area1 Ltd (20%), ONGC Videsh Ltd (10%), Beas Rovuma Energy Mozambique Limited (10%), BPRL Ventures Mozambique BV (10%), dan PTTEP Mozambique Area 1 Limited (8,5%). (RI)