JAKARTA – PT Pertamina Lubricants (PTPL), anak perusahaan PT Pertamina Patra Niaga Subholding Commercial & Trading Pertamina,
turut mendukung target peningkatan 25% kepemimpinan perempuan di tahun 2023 untuk lingkungan BUMN dan bersama-sama mendorong kepemimpinan perempuan, kesetaraan gender dan ketersediaan peluang yang sama di dunia kerja.

Dalam rangka memperingati Hari Kartini sekaligus membangun forum diskusi antar pekerja perempuan dan women leaders, PTPL menggelar sharing session bertajuk “Energi Kartini: Women Empowerment “Mendorong Kepemimpinan Perempuan di Pertamina Lubricants Sebagai Wujud Implementasi Kesetaraan Gender di Lingkungan Kerja, Selasa (26/4).

Acara diselenggarakan secara hybrid denhan menghadirkan sederet pemimpin perempuan antara lain Direktur Keuangan Pertamina sekaligus Ketua Pertiwi Pertamina dan Ketua IV Bidang Komunikasi dan Kerjasama Srikandi BUMN Emma Sri Martini, Direktur Pemasaran PT Wijaya Karya industri Energi (WINNER) Puspita Anggraeni serta Komisaris Utama PTPL Dewi Yustisiana dan Direktur Sales & Marketing PTPL Sari Rachmi.

Acara ini bertujuan untuk menginspirasi pekerja di PTPL terkait kisah kepemimpinan perempuan di Pertamina dan BUMN serta menjadi wadah yang positif untuk menggali lebih dalam isu-isu yang dihadapi oleh pekerja perempuan PTPL guna mewujudkan kesetaraan gender dan lingkungan kerja yang mendorong perempuan untuk berkarya dan berinovasi dengan optimal.

Emma Sri Martini menyampaikan kepemimpinan perempuan memberikan dampak pada performa bisnis perusahaan. Berdasarkan data maupun survey dari benchmark global dan national dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa kehadiran pemimpin perempuan dalam posisi-posisi strategis di level CEO, direksi dan manager berkontribusi terhadap peningkatkan kinerja perusahaan.

Emma menjelaskan bahwa gender equality tidak hanya sekedar gender issue tapi juga merupakan business issue, dan bagaimana eksistensi female leaders dalam memberikan efek kepada performa. Kepemimpinan perempuan berkorelasi dengan organisasi yang lebih kuat dan kesesuaian dengan pelanggan, talent pool yang lebih luas, sisi pengambilan keputusan yang meningkat serta tata kelola yang lebih baik.

“Dalam hal kebijakan, Pertamina, termasuk Pertamina Lubricants, juga sudah diwadahi policy-policy yang cukup solid seperti respectful work policy, zero harassment policy, human rights policy, dan sarana prasarana terkait dengan support system dan ecosystem yang nyaman bagi perempuan sehingga mendukung kenyamanan kerja. Tak kalah pentingnya juga adalah adanya saluran komunikasi manakala terjadi grievances, harassment, dan ketidaknyamanan bekerja sehingga hal-hal tersebut dapat di address,” ujar Emma.

PTPL diharapkan dapat mengimplementasikan berbagai program diversity dan mendorong kebijakan yang mendukung kesetaraan gender.

Puspita Anggraeni menambahkan berbagai benefit terkait keberadaan pemimpin perempuan di lingkungan kerja seperti peningkatan produktivitas dan revenue, mendorong kerja sama tim, menghadirkan pespektif lain dalam resolusi konflik dan pengambilan keputusan dan cenderung memiliki kemampuan komunikasi yang kuat.

“Di WIKA, kami diajarkan untuk menciptakan successor sebagai ruang untuk tumbuh. Jadi pastikan jika bertumbuh jangan sendirian. Ketika mengembangkan seorang perempuan untuk menjadi pemimpin dibutuhkan mentorship, training, dan sponsorship dari berbagai pihak ditambah dengan sustainable work environment dan peran yang lebih beragam serta selebrasi akan insklusifitas,” ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Komisaris Utama PTPL Dewi Yustisiana dan Direktur Sales & Marketing PTPL Sari Rachmi bersama Vinni Indrawati Human Capital Manager PTPL selaku moderator juga menyapa seluruh pekerja perempuan PTPL dengan harapan dapat berdialog dan menyerap berbagai aspirasi, tantangan, suka duka dan harapan dalam bekerja dari seluruh pekerja perempuan PTPL.

Seiring dengan jalannya transformasi di PTPL, menurut Dewi, transformasi dimulai dari pikiran.

“Dari pikiran, seseorang dapat menentukan rencana untuk masa depannya, menentukan tantangan yang ingin dihadapinya dan menentukan kepercayaan dirinya,” kata Dewi.

Ia mengatakan, sebagai bagian dari perubahan diharapkan pekerja perempuan tidak terpaku hanya pada hal-hal yang dilakukan secara rutin dan dapat melangkah keluar dari zona nyaman mengingat seorang leader dituntut dapat membuat suatu keputusan bisnis. Keputusan bisnis itu sendiri akan selalu cenderung mengarah pada hal-hal yang berada diluar zona nyaman kita dan mengandung resiko-resiko business oleh karena itu pekerja perempuan dituntut lebih percaya diri untuk keluar dari zona nyamannya sebagai langkah awal dari perubahan dan ikut mendukung secara aktif transformasi business yang sekarang sedang berlangsung di lingkungan kerja PTPL.
“Ketika mewujudkan kepemimpinan, perempuan harus berani untuk membaur dan belajar dari banyak orang dengan latar belakang dan pengalaman beragam,” ujarnya.

Dewi berharap pekerja perempuan di PTPL mampu menjadi bagian dari tumbuhnya semangat memimpin di lingkungan BUMN.

Sari juga menegaskan bahwa PTPL berkomitmen untuk membangun support system untuk seluruh pekerja perempuan. Hal ini akan dapat tercapai dengan dialog berkala yang akan memberikan gambaran spesifik terkait isu-isu yang dihadapi pekerja perempuan di seluruh wilayah kerja PTPL di Indonesia.

“Dengan begitu PTPL dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang memberikan ruang aman tanpa batas dan mendukung peran perempuan dalam lingkungan kerja,” ujarnya.

PTPL berencana untuk melakukan dialog dan sharing session untuk pekerja perempuan di lingkungan PTPL secara berkala dan rutin, menjadikannya sebagai wadah yang dapat mendorong pekerja perempuan di PTPL menjadi Talent Perempuan di Pertamina dan menjadi kandidat-kandidat pemimpin perempuan di lingkungan BUMN.(RA)