SAMARINDA – Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) mengadakan Temu Tahunan untuk ke 32 kalinya yang digelar pada 17-20 September ini di Samarinda, Kalimantan Timur. Kali ini, Perhapi fokus pada perbaikan tata kelola pertambangan untuk menunjang ketahanan ekonomi bangsa.

Sektor pertambangan telah terbukti mampu memertahankan pertumbuhan ekonomi bangsa saat ekonomi dunia sedang terpuruk, khususnya di masa pandemi Covid-19 lalu. Oleh karena itu, tata kelola pertambangan haruslah terus disempurnakan agar sektor ini dapat bermanfaat semakin optimal bagi bangsa dan negara.
“Ketika banyak negara mencatat pertumbuhan ekonomi negatif, Indonesia masih bisa tumbuh positif yang salah satunya karena ditopang oleh sektor pertambangan. Kenaikan harga komoditas dan hilirisasi tambang yang sudah berjalan menjadikan perekonomian Indonesia lebih kokoh,” ungkap Ketua Umum PERHAPI Rizal Kasli dalam siaran persnya, Minggu(17/9).

Rizal mengatakan, Indonesia perlu bersyukur memiliki potensi sumber daya alam pertambangan yang cukup besar dan beragam. Ini menjadi modal berharga bagi perekonomian nasional. Program Pemerintah yang konsisten mendorong hilirisasi pun membuat nilai tambah yang lebih besar dari sektor pertambangan.
Pekerjaan rumah yang tidak kalah penting adalah tata kelola guna memaksimalkan potensi sumber daya alam pertambangan. Tata kelola yang baik akan memberikan manfaat yang optimal bagi bangsa. “Perhapi sebagai organisasi profesi di sektor pertambangan terus mendukung dan mendorong penerapan tata kelola pertambangan yang lebih baik bersama Pemerintah,” ujarnya.

Perhapi sejauh ini melihat tata kelola pertambangan di Indonesia sudah berjalan baik. Namun Perhapi juga mencatat masih ada sejumlah tantangan dan masalah yang ada di sektor pertambangan. Mulai dari aktivitas penambangan sampai pada kegiatan pengolahan, pemurnian hingga ke industri manufaktur untuk memghasilkan barang jadi atau produk jadi.
Di hulu adanya pertambangan ilegal, tumpang tindih perizinan, fenomena dokumen terbang, operasional yang baik, pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, dan aspek lingkungan. Sementara di midstream dan hilir masih ada sejumlah isu mulai dari aspek produk yang dihasilkan yang dominan adalah produk antara dan juga konservasi cadangan.Inilah menjadi salah satu alasan Temu Profesi Tahunan (TPT) PERHAPI yang ke-32 mengusung tema ‘Tata Kelola Pertambangan Untuk Ketahanan Ekonomi Menuju Indonesia Unggul 2045’.
“Ini semua menjadi catatan. Para pemangku kepentingan termasuk Perhapi wajib menemukan solusi sehingga potensi pertambangan yang kita miliki bisa memberi manfaat yang lebih optimal lagi bagi bangsa,”ujar Rizal.(RA)