JAKARTA – Laporan e-Conomy SEA 2021 yang dikeluarkan oleh Temasek, Google, serta Bain & Company menyebutkan perdagangan E-commerce di Indonesia pada 2021 tercatat US$53 miliar atau meningkat 52% dibandingkan tahun sebelumnya. Menjadikannya sebagai kontributor terbesar dalam pertumbuhan nilai ekonomi digital Indonesia. Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan belanja online melalui platform e-commerce yang saat ini baru menyumbang 4% menjadi 18% terhadap total pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2030 mendatang.

Tentunya pertumbuhan sektor e-commerce yang pesat ini semakin meningkatkan kebutuhan akan data center yang dapat menyimpan, mengelola dan transfer data secara cepat dan dapat diandalkan. Namun di sisi lain, pengelolaan data center juga dituntut untuk mengonsumsi energi secara lebih efisien agar dapat mengurangi dampak emisi karbon terhadap kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, data center sebagai tumpuan dalam pengembangan ekosistem digital ini harus dikelola secara lebih efisien, cerdas, adaptif, dan berkelanjutan.

Data center menjadi penyumbang konsumsi energi terbesar di industri TI yang diperkirakan akan mengkonsumsi 8,5% listrik global pada tahun 2035 mendatang.

Yana Achmad Haikal, Business Vice President Secure Power Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, mengatakan data center masa depan diharapkan mengonsumsi listrik lebih sedikit tanpa mengorbankan reliability (keandalan).

“Hal ini dimungkinkan dengan melakukan digitalisasi pengelolaan energi dan otomasi dengan memanfaatkan software management tool seperti EcoStruxure IT & Asset Advisor untuk meningkatkan visibilitas dan kontrol menyeluruh terhadap operasional data center. Dengan begitu, produktivitas dan waktu uptime juga akan semakin meningkat, sekaligus dapat menekan biaya listrik,” kata Yana dalam acara diskusi yang digelar secara virtual, Selasa (25/1).

Ia menjelaskan, pemanfaatan teknologi edge data center berbasis modular seperti Micro Data Center dan Modular Data Center juga dapat mendukung sektor e-commerce dalam mengurangi latensi untuk memaksimalkan pengalaman transaksi terbaik bagi konsumen, dan dapat disesuaikan dengan skala bisnisnya. “Penggunaan sumber listrik terbarukan dan ramah lingkungan seperti panel surya juga dapat menjadi solusi alternatif untuk pengelolaan data center yang lebih hijau, mengingat biaya energi berkontribusi sekitar 40% dari biaya operasional,” ujar Yana.

Dengan potensi ekonomi yang sangat besar, sektor e-commerce berperan penting dalam mendukung pencapaian target iklim Indonesia pada tahun 2030. Penggunaan energi yang berkelanjutan harus menjadi pondasi dalam semua aspek operasional. Begitu pula komitmen pelaku E-commerce dalam mengadopsi solusi inovatif untuk mencapai tujuan keberlanjutan.

Bima Laga, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), menyampaikan bahwa pertumbuhan transaksi potensi pertumbuhan perdagangan digital di Indonesia masih sangat besar.

“Perbandingan besarnya total jumlah penduduk, jumlah pengguna internet, serta konsumen e-commerce masih memiliki gap yang cukup besar untuk bisa digapai lebih optimal,” ujar Bima.

Menurut dia, pandemi selama dua tahun belakangan memiliki sisi positif di mana masyarakat semakin cepat untuk beradaptasi dengan teknologi di semua sektor, termasuk perdagangan. Saat ini masyarakat semakin mendalami manfaat teknologi digital yang ternyata bisa diterapkan di semua aspek kehidupan.

Bima menambahkan, peningkatan tak hanya terjadi dari sisi jumlah konsumen. “Pengguna platform e-commerce tidak melulu hanya dari sisi konsumen. Pertumbuhan pelaku usaha yang kemudian menjadi merchant di platform e-commerce juga tumbuh sangat signifikan,” ujarnya.

Tentunya menjadi tantangan bagi para pelaku industri e-commerce untuk mengedukasi merchant baru ini. Belum lagi semakin banyak retailer yang juga mulai menjajaki kerja sama dengan platform.

“Mereka semua memiliki andil yang luar biasa, dan akan terus menginspirasi dan mempopulerkan belanja online yang bisa mendorong pertumbuhan transaksi yang berkontribusi besar dalam ekonomi digital Indonesia,” kata Bima.

Basuki Surodjo, Chief Executive Officer Airmas Group, mengungkapkan era revolusi industri 4.0 mengharuskan perusahaan E-Commerce untuk semakin memanfaatkan teknologi, memilki infrastruktur digital yang memadai dan keharusan untuk adaptif dengan digital marketing sehingga perusahaan tetap sustainable di era milllenial saat ini.

“Di Airmas Group, kami terus agresif dalam membangun platform digital kami baik dalam bentuk mobile app dan website. Untuk mendukung bisnis, kami telah melakukan investasi dalam membangun data center sendiri dan menggunakan teknologi data center yang pintar dan lebih ramah lingkungan,” ujar Basuki Surodjo.(RA)