JAKARTA – Pemanfaatan energi panas bumi (geothermal) sebesar 500 megawatt (MW) berpotensi mengurangi emisi karbon CO2 sebesar 3-5 juta ton per tahun. Indonesia menargetkan penurunan emisi karbon sebesar 29%, seperti yang disampaikan pada pertemuan Paris tahun lalu (COP 21).

“Namun, pemanfaatan energi panas bumi harus disertai dengan pengurangan penggunaan energi minyak untuk bahan bakar,” kata Ali Mundakir, Direktur Operasional PT Pertamina Geotermal (PGE) di Jakarta, Rabu (31/8).

Ali menjelaskan, untuk mengembangkan energi geothermal dibutuhkan waktu yang cukup lama hingga tujuh tahun. “Untuk membangun jalan 1 tahun, ngebor sumur untuk percobaan 1-2 tahun,mengembangkan sumur lain 3 tahun, lalu membangun pembangkit 2 tahun,”ujarnya.

Potensi panas bumi di Indonesia diperkirakan mencapai 29,5 GW, dan pemanfaatannya baru 1493,5 MW atau 5,05%. Pemerintah sendiri menargetkan produksi energi geothermal sebesar 7241 MW pada 2025 dan 17 GW pada 2030.(RA)