JAKARTA – Hilirisasi di sektor pertambangan diklaim merupakan salah satu upaya pemerintah meningkatkan nilai tambah produk tambang dalam negeri dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Sinergi penting dilakukan untuk menciptakan efisiensi dalam industri batu bara, gas, pupuk dan kimia,” kata Rini M Soemarno, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/3).

Menurut Rini, BUMN harus bersinergi dalam mendukung hilirisasi produk tambang dalam negeri demi meningkatkan nilai tambah, menekan impor dan biaya produksi.

Hal ini diungkapkan Rini saat pencanangan industri hilirisasi batu bara di Bukit Asam Coal Based Special Economic Zone (BACBSEZ), Tanjung Enim, pada Minggu (3/2).

Pencanangan industri hilirisasi batu bara merupakan tindak lanjut dari Head of Agreement (HoA) Hilirisasi Batu bara yang telah ditandatangani oleh empat perusahaan, yaitu PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Pertamina (Persero) dan PT Chandra Asri Petrochemical.

Melalui teknologi gasifikasi, batubara kalori rendah akan diubah menjadi produk akhir yang bernilai tinggi. Teknologi ini akan mengkonversi batu bara muda menjadi syngas untuk kemudian diproses menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai substitusi LPG, urea sebagai pupuk, dan polypropylene sebagai bahan baku plastik.

Nantinya akan dibangun empat kompleks pabrik meliputi pabrik coal to syngas, pabrik syngas to urea, pabrik syngas to dimethyl ether (DME) dan pabrik syngas to polypropylene sebagai langkah besar pengembangan hilirisasi batubara dalam negeri. Pabrik pengolahan gasifikasi batu bara ini ditargetkan beroperasi pada November 2022.(RA)