JAKARTA – Indonesia dalam proses tahapan transisi energi dengan melakukan bauran energi rendah karbon yang diterapkan untuk sektor elektrifikasi dan transportasi.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan komitmen sektor energi menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 314 – 398 juta ton CO2 pada 2030. Komitmen tersebut dicapai melalui pengembangan energi terbarukan, pelaksanaan efisiensi energi, dan konservasi energi, serta penerapan teknologi energi bersih.

“Penurunan emisi dari sektor energi didorong melalui aksi-aksi di antaranya penyediaan listrik melalui pembangkit EBT, penerapan efisiensi energi, penggunaan bahan bakar nabati, dan implementasi cofiring biomassa untuk mengurangi konsumsi batu bara PLTU,” ujar Arifin Tasrif, baru-baru ini.

Surya Darma, Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), mengatakan sesuai Perjanjian Paris dan target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia, untuk menurunkan emisi 29% pada 2030 akan dipenuhi dari sektor kehutanan 17% dan sektor energi 11% dimana kontribusi energi terbarukan adalah yang terbesar.

“Karena itu, komitmen sektor energi menurunkan emisi GRK sebesar 314-398 juta ton CO2 pada 2030, akan dapat dicapai melalui pengembangan energi terbarukan, pelaksanaan efisiensi energi, dan konservasi energi, serta penerapan teknologi energi bersih,” kata dia.

Surya Darma mengatakan, untuk penurunan emisi dari sektor energi harus didorong melalui aksi-aksi penyediaan listrik melalui pembangkit energi terbarukan, selain penerapan efisiensi energi, penggunaan bahan bakar nabati yang bisa dilakukan melalui implementasi cofiring biomassa untuk mengurangi konsumsi batu bara PLTU dalam waktu singkat.

“Program cofiring ini diharapkan hanya berjalan untuk jangka pendek dan waktu terbatas. Pada waktunya sudah harus digantikan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm),” kata Surya.

Dia menambahkan, komitmen dunia akan melakukan transisi energi dengan melakukan transformasi ke energi terbarukan pada  2050.
Transformasi energi akan dilakukan secara bertahap hingga 2050, dan diharapakan pasar energi terbarukan global diproyeksikan meningkat pesat hingga mencapai 50% pada 2035 dan mencapai 75% pada 2050 sesuai dengan perkiraan yang dibuat oleh IRENA.

“Pembangkit listrik tenaga batu bara serta minyak bumi akan turun drastis digantikan dengan pembangkit listrik tenaga energi terbarukan, dengan biaya yang makin kompetitif dan bahkan ada yang sudah mulai lebih relatif rendah,” kata Surya Darma.(RA)