JAKARTA – Industri baterai kendaraan listrik dibidik menjadi salah satu industri masa depan Indonesia dengan banyaknya cadangan nikel sebagai bahan baku. Untuk lebih menggenjot pengolahan nikel atau hilirisasinya pelaku usaha mengusulkan ada insentif yang diberikan layaknya batu bara yang melalui proses hilirisasi.

Orias Petrus Moedak, Direktur Utama Mineral Industry Indonesia (MIND ID), mengungkapkan nikel kadar rendah selama ini kurang diminati. Namun seiring kehadiran industri kendaraan listrik dan baterainya maka nikel kini menjadi primadona. Sama seperti halnya batu bara yang mendapat insentif berupa pengenaan pajak royalti 0% yang digunakan untuk hilirisasi maka nikel seharusnya bisa mendapatkan perlakuan yang sama.

“EV battery, mobil listrik, dan sebagainya ini kan pemanfaatan nikel kadar rendah. Kalau batu bara kan pajaknya 0%, kebijakannya suda ada. Apakah ini akan berlaku untuk nikel kadar rendah? Saya rasa harus kebijakan ini harus diperhatikan juga, harus masuk kebijakan minerba,” kata Orias dalam diskusi Sosialisasi Kebijakan Minerba secara virtual, Kamis (11/2).

MIND ID menjadi pemain utama dalam rantai pasokan nikel di dalam negeri setelah mengakuisisi 20% saham nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) tahun lalu. Melalui anggota holdingnya PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) kini MIND ID tengah menggarap proyek baterai kendaraan listrik bersama dengan PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).

Menurut Orias, insentif lain masih diperlukan dalam pemgembangan nikel menjadi baterai. Ini tentu untuk membuat harga produk nikel nantinya bisa ditekan.

Pemerintah diharapkan bisa memberi kepastian mengenai pengembalian biaya investasi yang dilakukan BUMN dalam melakukan penugasan.

Orias mencontohkan ketika BUMN meneliti suatu wilayah kerja pertambangan dan menyerahkan data-datanya ke pemerintah maka sudah sewajarnya BUMN tersebut mendapatkan prioritas untuk mengelola wilayah tersebut.

“Pas waktu sudah dapat data-datanya, apa kemudian bukan kami yang melanjutkan?, Tentu diharapkan ada pengembalian investasi yang wajar dari kegiatan (penelitian) yang awalnya dilakukan BUMN,” kata Orias.

Irwandy Arif Staf Khusus Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Bidang Percepatan Tata Kelola Sektor Minerba, menyambut baik usulan tersebut dengam catatan memang ditujukan untuk bisa berikan kepastian usaha dan hilirisasi industri nikel.

“Ini masukan baik ya. Pak dirjen kan sudah bilang kekinian ya. Ini juga banyak masukan dari luar. Dengan apa yang ditulis itu sudah diketahui secara umum. Ini kritik yang baik. Bisa melangkah kedepan. Memang belum ada soal prioritas nikel kadar rendah untuk hilirisasi. Ini masukan yang bagus sebenarnya,” kata dia.(RI)