JAKARTA – Kondisi ekonomi global benar-benar memberikan dampak terhadap gairah investasi tanah air termasuk di sektor energi. Sepanjang tahun 2022 total investasi yang masuk di tanah air masih cukup jauh dari target yang dicanangkan.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), total investasi hingga desember 2022 hanya mencapai US$26,8 miliar atau hanya 86% dari target yang dipatok sebesar US$31 miliar. Salah satu sektor yang disoroti menyebabkan mandegnya investasi sepanjang tahun lalu adalah sektor migas.

“Sektor migas memang mengalami stagnan. Hal ini karena beberapa kegiatan investasi di sektor migas banyak yang belum berjalan,” ujar Arifin dalam konferensi pers di Kementerian ESDM, Senin (30/1).

Sebaliknya investasi tahun lalu justru terbantu oleh sektor mineral dan batu bara dimana harga komoditas di pasarannya juga sedang tinggi sehingga mampu menggairahkan investasinya. Smelter jadi salah satu bentuk investasi terbesar perusahaan tambang.

“Windfall kita di tahun 2022 memang didukung di sektor minerba dengan kondisi harga komoditas yang naik signifikan. Banyak juga investasi di smleter yang tumbuh di tahun lalu,” ujar Arifin.

Untuk tahun 2023 sendiri pemerintah kembali menaikkan target menjadi US$33,5 miliar dengan rincian untuk migas diharapkan bisa berkontribusi US$17,4 miliar. Sedangkan untuk sektor Minerba, pemerintah mematok target US$ 7,7

Sedangkan di sektor ketenagalistrikan ditargetkan bisa berkontribusi US$6,6 miliar pada tahun ini. Sektor EBT pada tahun 2022 dan diharapkan baisa meningkat US$1,8 miliar. (RI)