JAKARTA – Kegiatan eksplorasi di sektor energi, baik migas maupun mineral dan batu bara secara masif menjadi harga mati yang harus dilakukan jika ingin menambah jumlah cadangan yang berujung pada peningkatan produksi nasional. Sektor migas misalnya, pemerintah saat ini memasang target produksi minyak satu juta barel per hari (bph) dan 12 ribu juta kaki kubik per hari (MMscfd) gas.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan ada 68 cekungan yang menanti untuk dieksplorasi secara masif.

“Untuk mencapai satu juta bph, yang menjadi tantangan bagaimana melakukan temuan terhadap 68 cekungan. Sekarang ini cadangan minyak kita tersisa 3,7 miliar barel dan gas 77,3 Triliun Cubic Feet (TCF),” kata Arifin disela peluncuran buku an Introduction Into The Geology of Indonesia karya Prof DR.R.P. Koesoemadinata di Gedung Ditjen Minerba Jakarta, Senin (16/11).

Dari sisi sektor mineral dan batu bara kondisinya juga tidak jauh lebih baik dengan kondisi cadangan batu bara yang tercatat sampai saat ini mencapai 37 miliar ton.

Menurut Arifin, eksplorasi di Indonesia sangat minim dalam beberapa tahun terakhir ini disebabkan kondisi makro ekonomi sehingga turut menurunkan kualitas data geologi Indonesia yang tidak berkembang.

“Selama 20 tahun terakhir biaya eksplorasi di Indonesia 1% dari biaya eksplorasi perusahaan tambang kelas dunia,” ujar Arifin.

Arifin menyatakan keilmuan geologi Indonesia perlu informasi khusus sebagai dasar dalam menggali potensi sumber daya alam. Kehadiran buku yang ditulis oleh Koesoemadinata menjadi angin segar dalam dunia eksplorasi tanah air.

“Kegiatan eksplorasi tidak terlepas dari geologi. Penyediaan informasi geologi menjadi dasar. Salah satunya buku yang diluncurkan hari ini. Semoga buku karya Prof  Koesoemadinata dapat menjadi perspektif baru bagi pengembangan penelitian geologi Indonesia,’ ungkap Arifin.

Sementara itu Koesoemadinata mengungkapkan keilmuan geologi di Indonesia sudah sangat berkembang. Ini terlihat dari aktivitas eksplorasi yang makin masif setelah kemerdekaan Indonesia. Dia mencontohkan penemuan cadangan minyak sebelum kemerdekaan dulu hanya berkisar ratusan barel. Tapi sekarang jumlahnya mencapai jutaan bahkan miliaran barel. Hanya saja dia cukup khawatir dengan kondisi penemuan cadangan migas belakangan ini yang semakin menurun.

“Kita lihat jumlah publikasi setelah kemerdekaan penemuan ladang-ladang minyak yang jauh lebih banyak, ukurannya juga lain. Lapangan Pendopo dulu paling besar 100-200 barel sekarang sudah miliaran barel walaupun sekarang kita ada masalah penemuan-penemuan raksasa itu berkurang,” ungkap Koesoemadinata.

Dalam bukunya Koesoemadinata telah mengintegrasikan data geologi, geofisik dijadikan data geoscience. Buku itu juga merangkum data-data geologi yang terkumpul selama 75 tahun setelah kemerdekaan berdasarkan, hasil drilling serta eksplorasi.

“Saya harap buku ini bisa bermanfaat bagi eksplorasi sumber daya bumi. Buku ini berisi pengetahuan modern geologi Indonesia dan sumber daya bumi di dalamnya,” kata Koesoemadinata.(RI)