JAKARTA – Pemerintah mendorong adanya percepatan dalam realisasi kerja sama di industi baterai listrik. Erick Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bertemu dengan manajemen Contemporary Amperex Technology Co.Ltd (CATL) meminta rencana kerja sama dengan Indonesia Battery Corporation (IBC) segera direalisasikan.

“Pertemuan saya dengan CATL untuk memastikan bahwa kerjasama dengan IBC bisa berjalan dengan baik. Lebih spesifik kami berharap agar realisasi kerjasama ini bisa dipercepat,” ujar Erick saat melakukan kunjungan kerja ke Wuyi, Fujian, Jumat (2/4).

Erick mengatakan kerja sama antara CATL dan IBC mempunya nilai investasi sekitar US$5 miliar. CATL nantinya akan bergabung di seluruh lini bisnis, mulai dari sisi hulu dari konsorsium IBC.  CATL akan diberikan berbagai kemudahan dalam investasi di tanah air sehingga target menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam industi baterai listrik juga bisa terwujud.

Kementerian BUMN akan berkoordinasi dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Apabila ada kendala terkait kerja sama tersebut, Kementerian BUMN bersama BKPM akan menyelesaikan kendala tersebut.

“Kami juga ingin memastikan kalau ada kesulitan di lapangan BKPM untuk bisa menyelesaikan semua halangan,” kata Erick.

IBC resmi dibentuk pada Jumat (26/3) yang didirikan sebagai holding untuk mengelola ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik (Electric Vehicle Battery) terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Ada empat perusahaan BUMN yang tergabung dalam konsorsium besar ini yakni Holding Industri Pertambangan – MIND ID, PT ANTAM Tbk, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero), dengan komposisi saham sebesar masing-masing 25%.

Untuk urusan investasi, industri baterai dari hulu hingga ke hilir ini akan membutuhkan dana mencapai US$17 miliar hingga 2030 dengan total proyeksi produksi baterai mencapai 140 giga watt hour (GWh).

Erick mengatakan pembentukan IBC merupakan strategi pemerintah, khususnya Kementerian BUMN memaksimalkan potensi sumber daya mineral di Indonesia.

“Kita ingin menciptakan nilai tambah ekonomi dalam industri pertambangan dan energi, terutama nikel yang menjadi bahan utama baterai EV, mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik, dan memberikan kontribusi terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan. Selain itu, investasi skala besar seperti ini akan membuka banyak lapangan kerja, khususnya generasi muda kita,” kata Erick.(RI)