PEMERINTAH masih optimistis ada harapan untuk masa depan lebih baik bagi industri migas Indonesia. Proyeksi kebutuhan migas sendiri untuk tahun-tahun mendatang masih cukup besar. Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN)  2025 nanti porsi minyak bumi sebesar 25% dari bauran energi nasional. Secara persentasi ada penurunan memang dibandingkan dengan realisasi RUEN pada 2019 yakni sebesar 33,58%.

Akan tetapi secara volume untuk bauran migas 2025 mendatang semakin besar yakni  mencapai 710,9 juta barel setara minyak (Barrel Oil Equivalent/BOE). Sementara pada 2019 realisasinya 525,5 juta barel setara minyak (BOE). Kebutuhan minyak terus meningkat menjadi 1,4 miliar BOE pada 2050 atau hampir 100%

Di sisi lain penggunaan gas secara persentase dan volume juga diproyeksi terus meningkat bauran energinya menjadi 22% pada 2025 dan menjadi 24% pada 2050.

Proyeksi itu tentu jelas menggambarkan bahwa peningkatan produksi migas nasional memang sangat penting. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ada 128 basin tersedia dari ujung Sabang sampai Marauke dari pulau Miangas hingga pulau Rote sebagai tempat untuk mencari pontensi cadangan migas terbaru.

Ego Syahrial, Pelaksana Tugas Dirjen Migas Kementerian ESDM, mengatakan produksi minyak Indonesia telah melalui masa jaya dengan produksi 1,5 juta barel per hari yang berasal dari Sumatera basin, South Sumatra, East Kalimantan.

“Tentunya kalau melihat dari sisi sumber memang itu baru dihasilkan dari setengah cekungan dari 78 cekungan yang kita punya saat ini memang ada harapan kami bersama SKK Migas dan para Profesor sudah fokus ada 10 fokus eksplorasi area dan 2 di deep Water potensial yang belum pernah diapa-apakan dan akan menjadi Harapan Kita ke depan untuk kembali ke satu juta barel tersebut,” kata Ego, belum lama ini.

Adapun beberapa fokus area eksplorasi potensial petama adalah di North Sumatra (Mesozoic Play), Central Sumatra (Basin Center Play), South Sumatra (Fractured Basement Play), NE Java-Makassar Strait Offshore (Pre-Tertiary Play), Tarakan Offshore (Miocene Greater Deltaic Sandstone Play).

Lalu area berikutnya adalah Kutai Offshore (Deltaic Deepwater Play), Buton Offshore (Deepwater Play), Northern Papua (Pilo-Pleistocene & Miocene Standstone Play), Bird’s Body (Jurassic Sandstone), serta area Warim (Jurassic Sandstone Play). Kemudian untuk dua area laut dalam potensial ada di Makassar Strait dan Timur-Tanimbar-Semai.

Sumber : Kementerian ESDM

Ego berharap dari area potensial tersebut bisa ditemukan cadangan migas dengan jumlah raksasa. Menurutnya salah satu biang kerok terus merosotnya produksi adalah tidak ada penemuan cadangan migas dalam jumlah besar. Rata-rata temuan berada di wilayah eksisting itu pun jumlahnya sekitar 100an juta BOE.

“Memang di 10 tahun terakhir penemuan cadangan kita skalanya sangat-sangat kecil kelas kelasnya itu di bawah  100 juta barel. Padahal kita membutuhkan penemuan cadangan dalam skala miliar jika melihat porsi kebutuhan energi kita di tahun 2025 sampai 2050 kita butuh miliaran,” ungkap Ego.

Untuk bisa mengejar temuan cadangan dalam jumlah besar diperlukan kegiatan eksplorasi yang juga tidak asal-asalan. Menurut Ego di Indonesia harus dilakukan kegiatan eksplorasi jangka panjang dan itu yang sedang dikejar oleh pemerintah. Sambil menunggu, maka aset-aset eksisting harus dikelola dengan baik karena dari 700 ribuan produksi 50% berasal dari aset eksisting. Ini berarti aset yang telah berproduksi juga memang masih punya potensi dan seharusnya bisa dioptimalkan.

“Hanya sekitar 50% aset atau tidak berasal 100% dari aset-aset yang disebutkan tadi artinya ada sekitar mungkin 20%  aset yang nganggur saat ditemukan atau saat ini dioperasikan belum diproduksikan secara maksimal itu langkah paling cepat di depan mata kita yaitu memaksimalkan lapangan eksisting kita,” ujarnya.

Dua aset besar yang dijaga produksinya adalah blok Cepu yang dioperatori oleh Exxonmobil dan Rokan yang dikelola oleh Chevron namun mulai tahun depan akan dikelola oleh PT Pertamian (Persero). Kedua blok itu saat ini masih mampu memproduksi minyak sekitar 200an ribu bph masing-masing blok atau hampir 50% dari total produksi minyak nasional.

Indonesia juga saat ini kata Ego tengah mempelajari tata pengelolaan migas yang diterapkan di beberapa negara misalnya Mesir, Turki serta Norwegia. Salah satu kesaman para negara itu adalah fleksibelitas pemanfaatan data. Pemerintah ke depan akan terbuka bagi perusahaan yang mau melakukan eksplorasi dan mengolah data.

“Di beberapa negara itu mereka membuka sistem datanya sehingga mereka kerjasama dengan lembaga geosains dunia bisa menemukan cadangan. Kita mengakui APBN tidak mungkin kita melakukan eksplorasi dalam skala giant kita butuhnya miliaran,” jelas Ego.

Hadi Ismoyo, Sekretaris Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), mengatakan ada beberapa pilar utama yang harus dijadikan sebagai fundamental kebijakan pemerintah di sektor hulu migas. Selain tentu saja masif melakukan eksplorasi dan tidak melupakan program Enhance Oil Recovery (EOR), pemerintah harus bisa mendorong Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk memiliki program pengembangan yang baik terhadap suatu lapangan. “Termasuk surface facilities Optimization,” ujarnya kepada Dunia Energi, Selasa (2/9).

Kemudian dari sisi regulator harus bisa mempercepat proses administrasi yang selama ini juga masih menjadi kendala dalam perencanaan pengembangan lapangan migas. “Speed up new POD (Plan of Development) dan lapangan marjinal,” kata Hadi.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menuturkan bahwa target 1 juta bph memang target tinggi. Tapi bukan berarti menjadi target yang mustahil. Dia optimistis kegiatan eksplorasi berupa seismik 2D sepanjang 32 ribu kilometer yang baru selesai dilakukan oleh Pertamina bisa jadi momentum baru menuju masa depan cerah industri hulu migas Indoenesia.

Belajar dari implementasi dari progam Komitmen Kerja Pasti (KKP) Jambir Merang itu, maka pemerintah akan semakin menggenjot pemanfaatan KKP untuk kegiatan eksplorasi.

“Program KKP sudah selesai seismik 2D sepanjang 32 ribu kilometer ini data awal sudah bisa kita peroleh September atau Oktober, ini akan kita lanjutkan dana KKP itu. Awal 2021 kita announce lagi kegiatan geo seismik,” kata Arifin.(Rio Indrawan)