JAKARTA – Komitmen politik untuk melaksanakan transisi energi yang berkeadilan merupakan suatu keniscayaan di tengah tantangan krisis iklim. Kesadaran dan ambisi yang kuat dari pemimpin Indonesia akan merefleksikan hadirnya terobosan-terobosan yang mampu mempercepat pengembangan energi terbarukan di Indonesia.

Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) memandang dalam waktu yang kurang dari tiga bulan ini, pasangan calon presiden dan wakil presiden Indonesia perlu secara konkret dan strategis memaparkan aksi mitigasi iklim yang ambisius dan pengembangan energi terbarukan yang masif sehingga Indonesia bisa memimpin orde gigawatt energi terbarukan di ASEAN.

ICEF telah merumuskan delapan poin rekomendasi untuk mempercepat transisi energi terutama di sektor ketenagalistrikan, yang dirumuskan dari acara dialog tahunan ICEF berjudul Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) yang telah selesai diselenggarakan 18-20 September 2023 lalu. Selain itu, ICEF bersama Bimasena telah menyelenggarakan pertemuan terbatas dengan mengundang ketiga pasangan calon capres-cawapres Indonesia secara terpisah untuk bertukar pikiran mengenai isu dan strategi transisi energi Indonesia.

“ICEF aktif mendiskusikan isu energi dan mengeluarkan gagasan inovatif untuk mendorong transisi energi Indonesia. Pada pertemuan terpisah dengan masing-masing kandidat tersebut, gagasan ini telah kami sampaikan kepada masing-masing kandidat dan dilanjutkan dengan pertukaran pikiran untuk isu-isu spesifik. Ini bentuk kontribusi ICEF dalam merealisasikan transisi energi yang dapat mewujudkan pertumbuhan berkelanjutan di Indonesia,” kata Prof. Bambang Brodjonegoro, Ketua Indonesia Clean Energy Forum (ICEF).

Menurutnya, transisi energi selain beralih ke energi yang ramah lingkungan, juga peralihan ke ekonomi yang hijau. Apalagi Indonesia tengah membidik ambisi Indonesia Emas 2045. Artinya, Indonesia ingin keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah dan melaju menjadi negara maju dengan minim emisi.

“Kepemimpinan Indonesia lima tahun kedepan akan menentukan ‘make or break‘ transisi energi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Harapan kami agar masukan yang disampaikan dapat jadi pertimbangan semua kandidat capres-cawapres dalam menyusun strategi dan program sektor energi, sehingga siapapun yang terpilih nanti dapat memastikan keberlangsungan transisi energi,” ujar Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif ICEF dan Institute for Essential Services Reform (IESR).

ICEF bersama Bimasena menekankan pentingnya perencanaan yang matang dalam memastikan akses energi bersih merata di seluruh penjuru negeri, terutama di daerah terpencil. Untuk itu, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk mencapai target energi bersih secara bersama-sama.

“Konsensus dan kemauan politik yang kuat untuk mendukung energi terbarukan sudah merupakan keharusan dalam kepemimpinan Indonesia,” jelas Michael Sumarjanto, wakil ketua Bimasena.

ICEF mengajak semua kandidat untuk terlibat secara aktif dengan pemangku kepentingan, termasuk organisasi masyarakat sipil, bisnis, dan akademisi, dalam merancang dan menyusun program-program energi bersih yang efektif dan inklusif.(RA)