JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mulai membahas asumsi dasar untuk 2019. Dalam usulan asumsi terungkap prediksi penurunan signifikan produksi siap jual (lifting) minyak.

Ignasius Jonan, Menteri ESDM, mengatakan lifting minyak 2019 diasumsikan sebesar 722 ribu barrel oil per day (BOPD)-805 ribu BOPD. Lifting minyak 2017 sebesar 804 ribu BOPD dan target 2018 sebesar 800 ribu BOPD.

Sebaliknya, untuk lifting gas diasumsikan ada peningkatan dibandingkan tahun ini.

“Lifting gas bumi makin lama makin besar. Realisasi sampai 2018 sebesar 1.158 ribu barrel oil equivalent per day (BOEPD), kami usulkan tahun depan 1.210 ribu-1.300 ribu BOEPD,” kata Jonan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Selasa (5/6).

Seiring peningkatan lifting gas turut membantu proyeksi peningkatan lifting migas 2019 yakni sebesar 1.932 ribu – 2.105 ribu BOEPD. Asumsi tersebut lebih tinggi dari APBN 2018 yakni sebesar 2.000 ribu BOEPD dan lebih tinggi dari realisasi 2017 sebesar 1.944 ribu BOEPD.

Untuk angka asumsi lainnya yang diajukan adalah untuk minyak tanah 2017 0,53 juta kiloliter (KL). Pada 2018 disepakati 0,61 juta KL dan sampai Mei realisasi penyaluran 210 ribu KL.

“Jadi kalau asumsi sama dengan lima bulan pertama penyerapan sampai akhir tahun hanya sekitar 0,5 juta KL saja. Makin turun karena jaringan gas, LPG perdana, jadi makin turun. Untuk ke depan kurang lebih sama, kami usulkan 0,59 juta-0,65 juta KL,” kata Jonan.

Untuk volume LPG 3 kg dipatok sebesar 6,3 juta metrik ton (MT) pada 2017, kemudian dipatok meningkat pada 2018 menjadi 6,45 juta MT. Realisasi hingga Mei mencapai 2,66 juta MT. Pada Juni akan meningkat karena ada Ramadhan dan lebaran itu kira-kira 6,45 juta MT tidak akan habis.

“Usulan kami di APBN 2019 sekitar 6,8 juta MT-6,9 juta MT karena ada perluasan penggunaan LPG di wilayah Indonesia timur,” papar Jonan.

Pada 2017 subsidi ditetapkan Rp 500, dan 2018 juga ditetapkan Rp 500 per liter.

“Kami usulan RAPBN 2019 Rp 1.500. Ini tantangannya Karena ICP kami di 2019 sebesar US$ 60-70 per barel,” tandas Jonan.(RI)