JAKARTA – Indonesia memiliki sumber energi panas bumi terbesar di dunia atau sekitar 40%. Celakanya, pemanfaatan sumber energi itu belum optimal. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dalam sebuah acara yang diselenggarakan Dewan Energi Nasional, Kamis (18/9), menegaskan mendukung pemanfaatan panas bumi karena selain ramah lingkungan juga potensinya sangat besar di Indonesia. “Kalau geothermal itu bisa moveble mungkin geothermal ini lebih cepat perkembangannya di Indonesia,” tuturnya.

Investor saat ini masih memilih pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batubara mesti mengeluarkan emisi yang cukup besar dibandingkan menggunakan panas bumi. Selain masalah harga yang lebih murah membangun PLTU batubara lebih cepat dan bahan bakarnya sudah tersedia. Berbeda dengan geothermal, sudah membangun pembangkitnya namun investor masih memikirkan kecukupan dan kualitas pasokan panas bumi. Jadi, membangun PLTS masih memiliki banyak tingkat ketidakpastian.

Menurut Bambang, pada masa lalu pernag memberikan support guarantee kepada beberapa perusahaan geothermal di Sumatera. Namun, hingga sekarang ini mereka masih mengeluhkan belum mendapatkan seperti apa yang dahulu mereka bayangkan. β€œNah, itukan resiko, dan resiko itu harus dihitung dalam harga, jadi memang ini dilema kita. Jika melihat listrik kedepan, mau tidak mau bayangan saya mengenai bauran energi masih didominasi batubara tapi tadi, yang energi terbarukan harus kita dorong dan menurut saya geothermal dan hidro ini paling bagus,” lanjut Bambang.

Bambang memperkirakan geothermal bisa menjadi lahan baru investasi yang luar biasa kedepan. Jika didukung dengan harga yang baik dan agar PLN dapat membeli listrik yang dihasilkan PLTS maka harga jual listrik ke masyarakatnya diupayakan mencapai harga yang wajar sesuai dengan keekonomian.

Indonesia memiliki potensi geothermal yang sangat besar yakni mencapai 28,9 GW yang tersebar di 324 titik di seluruh wilayah Indonesia. Provinsi Jawa Barat merupakan daerah dengan kontribusi panas bumi terbesar di Indonesia yang memiliki total potensi panas bumi sebesar 5,839 MW. Dari potensi tersebut, sebagian telah dioperasikan oleh 5 pengembang panas bumi dengan kapasitas total 1,129 MW.

Dalam rangka mengoptimalkan potensi panas bumi, Pemerintah telah menggulirkan program percepatan pengembangan 10.000 MW pembangkit listrik dimana 49% berasal dari Panas Bumi (4.965 MW). Kebijakan Energi Nasional telah mentargetkan sebesar 9.500 MW pada 2025 dari Pembangkit Listrik dari Panas Bumi. (DD)