JAKARTA – Peningkatan rasio elektrifikasi di wilayah Jakarta dan sekitarnya membuat pertumbuhan konsumsi listrik PT PLN (Persero) sulit tercapai. Untuk itu

JAKARTA – PT PLN (Persero) melalui Unit Distribusi Jakarta Raya (Disjaya) mulai masif memasarkan produk baru untuk mendorong pertumbuhan konsumsi listrik. Layanan baru yang tengah gencar dipasarkan adalah power bank PLN sebagai salah satu produk terbaru untuk menggantikan genset.

Ikhsan Asaad, General Manager PLN Disjaya, mengatakan power bank merupakan solusi untuk layanan pemasangan listrik sementara yang biasa digunakan untuk kegiatan konstruksi atau pelaksanaan event skala kecil maupun besar. “Daya terkecil yang bisa disuplai oleh power bank adalah 250 kVA,” kata Ikhsan di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Penggunaan power bank sendiri diklaim lebih hemat 47% jika dibandingkan menggunakan genset. Dari sisi biaya penggunaan genset bisa membutuhkan biaya Rp 103,6 juta yang merupakan biaya genset per jam yang membutuhkan 12-16 liter BBM dalam jangka waktu satu bulan.

Untuk menggunakan power bank Rp 1.600 per jam, sehingga untuk satu bulan dibutuhkan biaya Rp 55 juta atau lebih Rp 48 juta dibanding menggunakan genset.

Selama ini konsumen listrik Disjaya, lanjut Ikhsan bertumpu pada perkantoran dan rumah tangga.

“Kota Jakarta itu kan demand-nya sudah satu rate. Jadi, enggak terlalu tumbuh. Orang kan sudah punya AC, TV, jadi yang berkembang itu daerah pinggiran,” ungkap Ikhsan.

Ikhsan mengatakan salah satu faktor yang membuat konsumsi listrik tidak tumbuh dengan signifikan adalah bergesernya industri ke wilayah luar Jabodetabek. Pindahnya puluhan industri ini menggerus konsumsi listrik. Padahal, secara pasokan dari pembangkit yang ada, tidak pernah berkurang.

“Terus terang ini menggerus konsumsi dan pendapatan kami. Puluhan industri kan pindah. Artinya, kami harus berpikir agar biar pendapatan tidak turun,” katanya.

Ikhsan mengatakan banyak perusahaan retail, perkantoran yang masih menggunakan genset. Padahal, ongkos operasional genset ini cukup mahal dan tidak ramah lingkungan. Dengan penggunaan power bank PLN maka hal ini selain berefek pada energi bersih, juga bisa menambah konsumsi listrik.

“Jakarta kota yang besar. Tumbuhnya itu retail dan perkantoran. Meski memang secara jumlah banyak pelanggan rumah tangga, sekitar 70 persen. Tapi dari segi serapan konsumsi itu yang paling banyak tetap retail dan perkantoran. Nah, yang bisnis ini, gak usah lah pakai genset. Pakai listrik premium PLN saja,” papar Ikhsan.

Pada tahun ini manajemen menganggarkan sekitar Rp 4,2 triliun untuk investasi. Anggaran tersebut akan digunakan perusahaan untuk melakukan maintenance, khususnya untuk mengganti kabel-kabel tua dan perbaikan panel gardu induk.

Untuk pelanggan baru, pada 2019 PLN Disjaya mentargetkan tambahan 160 ribu pelanggan baru. “Kemarin kami ditargetkan tambah 160 ribu pelanggan baru, kita berhasil menyambungnya 149 ribu itu kebanyakan rumah tangga. itu sebagian di pinggir Jakarta,” ungkap Ikhsan.

PLN Disjaya pada 2018 mencatatkan pendapatan perusahaan yang positif meski tidak mencapai target. Realisasi pendapatan perusahaan pada 2018 sebesar Rp 41,7 triliun atau masih dibawah dari target yang dipatok oleh perusahaan sebesar Rp 42 triliun. Sedangkan di 2019 ini, PLN mentargetkan pendapatan sebesar Rp 44 triliun.

“Kalau pendapatan 2018 tumbuh 6% dibanding 2017, meski tidak capai target. Tahun ini kami targetkan Rp 44 triliun – Rp 45 triliun,” tandas Ikhsan.(RI)