JAKARTA – Pemerintah diminta  konsisten dan tidak mudah merombak  direksi PT Pertamina (Persero). Pasalnya, dalam kurun waktu satu  tahun terakhir, pemerintah sudah lebih dari dua kali mengganti direksi, baik itu direktur utama maupun jajaran direksi Pertamina.

Tanri Abeng, Komisaris Utama Pertamina, mengatakan tidak mudah  menjalankan program perusahaan sekelas Pertamina. Untuk itu keberlanjutan manajemen sangat diperlukan.

“Saya minta dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), jangan diganti-ganti. Berikan kesempatan lima tahun, biar dia tanggung jawab dan jelas. Jangan 1-2 tahun ganti.  Saya di komisaris minta secara khusus di RUPS diberi kesempatan direksi, khususnya dirut untuk lima tahun,” ujar Tanri di Kementerian BUMN Jakarta, Rabu (29/8).

Dia menambahkan posisi paling krusial adalah direktur utama karena membawahi semua sektor. Proses pengambilan kebijakan strategis jelas akan terganggu dengan ketiadaan direktur utama.

Dirut juga harus bisa menjalankan tugas untuk nembenahi semua sektor yang kini menjadi tantangan Pertamina, mulai dari hulu, hilir, pembangunan kilang hingga Sumber Daya Manusia (SDM).

“SDM terabaikan. Maka saya tadi usulkan atas nama dewan komisaris, supaya dirut definitif ini tidak diganti-ganti,” kata Tanri.

Setelah empat bulan kosong, kursi direktur utama Pertamina akhirnya diisi Nicke Widyawati. Selain Nicke, ada dua nama baru lainnya di jajaran direksi yakni Koeswiranto Kushartanto sebagai direktur SDM dan Dharmawan Samsu sebagai direktur hulu menggantikan Syamsu Alam.

Fajar Harry Sampurno, Deputi Usaha Pertambangan Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, menegaskan tidak ada politisasi dalam proses pemilihan direksi baru Pertamina. Nama-nama yang disodorkan ke Presiden Joko Widodo  sudah melalui tahapan berbagai seleksi jadi tidak dipilih secara mendadak.” Sudah lama penugasan dan mulai seleksinya,” kata dia.

Selama ini pergantian direksi Pertamina selalu mengedepankan good governance dan sesuai dengan kepentingan negara

“Kedepan kami harapkan tidak ada, dadakan atau pergantian tiba-tiba direksi,” tukas Fajar.

Koeswiranto mengatakan sudah mendapatkan panggilan mengikuti tes direksi di Pertamina sejak akhir tahun lalu. Dia menjamin tidak ada politisasi dalam penetapan direksi.

“Sekitar akhir tahun lalu mulai diinfokan, kalau jadi terpilih tahunya ya baru ini,” kata Koeswiranto.(RI)