JAKARTA – Klaim Menteri BUMN Erick Tohir yang menyatakan PT Pertamina (Persero) melalui Sub Holding Upstream menemukan sumber migas baru sebesar 204 juta barel dipertanyakan. Mulyanto, Anggota Komisi VII DPR, mengatakan hingga saat ini belum ada laporan resmi ke Komisi VII DPR terkait temuan tersebut.

“Komisi VII secara khusus belum dilaporkan. Kami tidak tahu pasti dimana titiknya, juga besaran volume pastinya. Apakah ini menarik secara keekonomian atau tidak,” kata Mulyanto, Jumat (17/9).

Menurut dia, jika ada temuan sebesar itu biasanya lembaga terkait akan melaporkan ke DPR dalam Raker atau RDP yang diselenggarakan secara rutin. Namun hingga kini, baik itu Pertamina, SKK Migas, atau Kementerian ESDM belum menyampaikan secara resmi temuan tersebut.

Mulyanto memminta Erick Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak berlebihan menggambarkan pencapaian kinerja Sub Holding Pertamina. Pasalnya, terlalu dini bagi pemerintah menilai kinerja sub holding Pertamina, karena periode kerjanya saja belum genap satu tahun.

“Ada beberapa catatan yang perlu mendapat perhatian serius pemerintah. Misalnya, terkait pemindahan aset negara dari Pertamina ke sub holding, karena anak perusahaan BUMN secara legal adalah bukan BUMN. Pemindahan aset negara ini perlu kehati-hatian,” kata dia.

Selain itu, privelege (keistimewaan) BUMN hulu dalam kontrak dan bagi hasil. Kalau statusnya berubah, menjadi bukan BUMN lagi tentunya keistemewaan tersebut tidak berlaku. “Ini perlu penyelesain khusus,” tukas Mulyanto.

Adanya informasi temuan cadangan migas hingga 204 juta barel dalam acara Peluncuran Produk Bersama Warung Pangan, Kamis (16/9), Menteri BUMN menyebutkan beberapa capaian BUMN. Di antaranya, Erick menyebut bahwa saat ini kinerja sub holding Pertamina. “Setelah dikonsolidasi kita dapat temuan baru 204 juta barel, dan yang terpenting hulu (migas) sekarang untung US$1miliar, jauh di atas target,” kata Erick.(RI)