JAKARTA – Industri petrokimia nasional kembali menggeliat. Hal ini ditandai dengan ekspor paraffin wax yang dilakukan oleh PT Kirana Mitraabadi (KMA). Pandemi Covid-19 sepanjang 2020 cukup menghambat laju ekspor paraffin wax.

Pada masa pandemi biaya freight yang meninggi serta kebijakan banyak negara yang menghentikan sementara lalu lintas keluar-masuk barang dan manusia menjadi jegalan bagi banyak komoditas ekspor Indonesia, paraffin wax salah satunya.

Edo Lesmana, Direktur Utama KMA, menyatakan aktivitas ekspor mereka cukup terdampak karena pandemi. Padahal, ekspor KMA bisa dianggap sangat strategis sebab mereka merupakan salah satu elemen hilirisasi penting bagi produk Pertamina.

“Cukup menjadi hambatan ya pandemi ini pada 2020. Ekspor kami sempat terhenti. Permintaan dari beberapa negara tak bisa kami penuhi karena persoalan regulasi pad amasa pandemi di negara yang bersangkutan, ketersediaan pengiriman, serta biaya kirim yang tinggi,” kata Edo, Senin (12/4).

Menurut Edo, sejak awal 2021, ekspor mulai bergerak kembali. Hal ini disebabkan oleh mulai normalnya biaya pengiriman. Kemudian industri dari beberapa negara juga sudah mulai berani melakukan pesanan, termasuk industri dalam negeri.

Hingga kini, KMA telah mengekspor paraffin wax dan produk-produk turunannya ke Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Asia, Australia, dan bahkan Afrika.

Paraffin wax memang biasanya diimpor dari China. Industri-industri lilin, sampai ban, batik, balsem, hingga pemberantas hama dan kosmetika di Indonesia selama ini mengimpor paraffin wax dari Negeri Tirai Bambu.

“Kami berharap kehadiran kami mampu membantu pemerintah dan bangsa Indonesia untuk memenuhi kebutuhan domestik sehingga mampu menekan impor. Kami bahkan sudah mampu memenuhi permintaan global sehingga mampu meningkatkan volume ekspor dari Indonesia,” kata Edo.(RI)