JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) meminta PT Pertamina (Persero) untuk terus meningkatkan investasinya di sektor hulu. Banyaknya blok terminasi yang dikelola perusahaan migas pelat merah tersebut diyakini akan memberikan dampak finansial positif, tapi dengan catatan investasinya harus tetap dipertahankan.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK MIgas, mengatakan kebijakan pemerintah yang telah memberikan penugasan untuk mengelola blok terminasi yang habis kontrak pada 2017 dan 2018 lalu sebenarnya adalah bentuk dukungan pemerintah terhadap Pertamina. Sektor hulu Pertamina memiliki porsi dominan dan menjadi andalan terhadap kontribusi pendapatan perusahaan hingga 80%.

“Maka kalau untuk memperkuat Pertamina, hulu yang harus diperkuat, karena yang banyak menghasilkan profit. Makanya dengan pemerintah memberikan penugasan-penugasan di hulu itu sebenarnya memperkuat Pertamina, bukan membebani Pertamina,” kata Dwi di Jakarta, Selasa (15/10).

Namun demikian, Dwi menyadari mengelola blok terminasi tidaklah mudah terlebih hampir seluruh blok terminasi sudah berumur puluhan tahun karena itu butuh biaya besar dalam mengelolanya. “Butuh investasi lebih tinggi. Jadi kalau investasi lebih tinggi dia juga akan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi juga,” tukasnya.

Pertamina saat ini sudah mengelola tujuh blok migas yang sebelumnya dioperatori oleh kontraktor lain atau kerja sama antara Pertamina dan kontraktor lain diantaranya Blok Tuban, Mahakam, Offshore Southeast Sumatera (OSES), East Kalimantan, Sanga Sanga (PHSS), Offshore North West Java (ONWJ) serta blok Jambi Merang. Kemudian ada blok Rokan yang resmi diserahkan ke Pertamina pengelolannya pasca kontraknya berakhir pada 2021 mendatang.

SKK Migas lanjut Dwi tidak permasalahkan Pertamina harus bermitra dalam pengelolaan blok migasnya. Tapi satu hal yang pasti Pertamina diminta untuk agresif berinvestasi dalam mengelola blok migas. “Kan tergantung Pertamina (keputusan mitra), yang penting agar investasi dilakukan secara agresif bisa mengembalikan produksi lagi,” ujar Dwi.

Pada tahun ini Pertamina menggarap 98 proyek migas yang menyerap investasi US$ 1,9 miliar. Proyek-proyek ini dikerjakan oleh sejumlah anak usaha Pertamina. Sebanyak 47 proyek dikerjakan oleh PT Pertamina EP, 29 proyek oleh PT Pertamina Hulu Energi, 19 proyek oleh PT Pertamina Hulu Indonesia, 2 proyek oleh PT Pertamina EP Cepu, dan 1 proyek oleh PT Pertamina EP Cepu ADK. Secara keseluruhan, investasi sektor hulu Pertamina pada tahun ini mencapai US$ 2,6 miliar dari keseluruhan total investasi mencapai US$ 4,2 miliar.(RI)