PURWAKARTA – PT Gagas Energi Indonesia (Gagas) yang merupakan afiliasi dari Subholding Gas Pertamina konsisten mendorong penggunaan gas di sektor transportasi. Hal itu didukung juga oleh Dewan Energi Nasional (DEN). Para anggota DEN meninjau langsung implementasi pemanfaatan gas untuk kendaraan roda dua.

Para Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) di SPBG Purwakarta. Pemanfaatan gas bumi sektor industri dan transportasi melalui pengembangan dan emanfaatan Compressed Natural Gas (CNG).

Muhammad Hardiansyah, Direktur Utama Gagas, menjelaskan ada tiga program strategis untuk pemanfaatan Bahan Bakar Gas (BBG) di sektor transportasi. Pertama, konversi CNG untuk Truk Pertamina Group. Yang kedua konversi CNG Sepeda Motor dan terakhir konversi CNG Kendaraan Penumpang.

“Untuk konversi CNG Sepeda Motor, saat ini kami masih dalam tahap pilot project selama 3 bulan dan akan berlangsung pada Mei – Juli. Kami akan memasang 300 converter kit untuk sepeda motor milik kendaraan operasional Subholding Gas dan komunitas ojek online. Selama 3 bulan ini, kami ingin mendapatkan masukan dari pengguna motor CNG sehingga ke depan motor CNG dapat menjadi pilihan kendaraan alternative yang lebih baik”, jelas Hardiansyah, Kamis (11/5).

Hardiansyah mengungkapkan bahwa BBG hadir tidak untuk menghalangi atau bersaing dengan kendaraan listrik, tetapi BBG dapat menjadi pilihan energi alternatif yang bersih dan terjangkau bagi masyarakat.

“Kami menawarkan pilihan energi alternatif bagi masyarakat yang bersih dan terjangkau. Saat ini harga BBG untuk transportasi atau Gasku hanya di angka Rp 4.500/LSP sehingga terdapat potensi penghematan dari harga bahan bakar minimal 55% yang bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan pengguna”, ujar Hardiansyah.

Satya Widya Yudha, Anggota DWN, menjelaskan bahwa peran BBG sangat penting, terlebih ketika kita masih di dalam masa transisi menuju energi terbarukan. Selain itu Satya juga menjelaskan, selain kendaraan listrik kendaraan BBG bisa dijadikan alternatif pilihan kendaraan yang lebih ramah lingkungan oleh masyarakat. “Terlebih cadangan gas bumi di Indonesia relatif masih banyak”, ungkap Satya. (RI)