JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengajak perusahaan-perusahaan asal Norwegia untuk ikut terlibat dalam penawaran blok migas yang akan digelar pemerintah pada April 2020. Sebagai negara yang memiliki banyak pengalaman dalam kegiatan industri migas keterlibatan perusahaan Norwegia diharapkan bisa membantu menemukan cadangan migas di Indonesia dalam jumlah besar.

Ego Syahrial, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, mengungkapkan bisnis migas di Indonesia masih sangat menarik. Untuk itu perusahaan Norwegia diharapkan ambil bagian dalam lelang blok migas selanjutnya.

“Kami mengundang perusahaan Norwegia untuk memulai lagi eksplorasi dan produksi migas di Indonesia. Norwegia dapat mengulangi keberhasilan Statoil selama partisipasinya dalam mengeksplorasi migas Indonesia. Perusahaan Norwegia lainnya dapat mengambil kesempatan untuk bergabung dengan bisnis migas di Indonesia karena industrinya masih menarik,” kata Ego disela Production Enhancement and Asset Integrity Seminar di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (5/3).

Menurut Ego, masih besarnya potensi cadangan migas di Indonesia bisa dilihat dari jumlah cadangan terbukti minyak Indonesia sebanyak 3,8 miliar barel dan gas 77 TSC. Ia mengakui bahwa dalam kurun beberapa tahun terakhir produksi migas Indonesia terus mengalami penurunan, tapi bukan berarti industri migas akan mati. Justru pemerintah telah mematok target tinggi dalam produksi migas tahun-tahhun mendatang dengan potensi yang masih belum digarap secara maksimal.

Menurut Ego, Indonesia masih harus menemui sejumlah tantangan untuk mencapai target produksi. Antara lain fasilitas atau teknologi yang digunakan termasuk lama. Selain itu, pergeseran paradigma dari transformasi analog ke digital. “Lebih dari 69% lahan produksi di Indonesia telah berusia lebih dari 30 tahun, sedangkan sisanya sebanyak 31% berusia di bawah 30 tahun,” kata Ego.

Untuk meningkatkan produksi migas, Indonesia melaksanakan berbagai strategi, seperti mempertahankan tingkat produksi saat ini dengan mengubah sumber daya menjadi produksi, mempercepat pelaksanaan metode Enhance Oil Recovery (EOR). Serta meningkatkan eksplorasi untuk menemukan cadangan migas baru.

“Norwegia yang merupakan salah satu negara sahabat, dikenal dengan inovasi teknologinya. Industri migas Indonesia harus mencari informasi terbaru mengenai hal ini,” ungkap Ego.

Fredrik Bjerke Abdelmaguid, Director for Innovation Norway, mengungkapkan  keterlibatan perusahaan migas asal Norwegia dalam bisnis migas Indonesia sangat terbuka. Terlebih dengan adanya data International Energy Agency memperkirakan permintaan energi nasional akan meningkat 27% pada 2040. Meski energi baru terbarukan akan berkembang, migas akan tetap dibutuhkan.

Dalam tahun-tahun mendatang, industri migas akan memfokuskan diri pada peningkatan produksi dari lapangan yang ada. Khusus di Norwegia, rata-rata tingkat pemulihan minyak di ladang migas mencapai 47%. “Untuk meningkatkan hal ini, teknologi baru jelas akan memainkan peran besar,” tukasnya.

Norwegia kata dia merupakan salah satu negara yang maju dalam pengembangan teknologi migas. Oleh karena itu, Fredrik menawarkan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan di negaranya.

“Industri migas Indonesia akan terus berkembang di tahun-tahun mendatang, dan saya berharap bahwa perusahaan Norwegia akan menjadi bagian dari pengembangan ini,” kata Fredrik.(RI)