JAKARTA – Pemerintah meminta PT PLN (Persero) terus memperbaiki layanan kepada masyarakat. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadikan PLN sebagai BUMN prioritas yang paling harus dibenahi sistem kerja manajemen dengan berorientasi kepada pelayanan.

Erick Thohir, Menteri BUMN, menegaskan PLN telah memonopoli bisnisnya. Untuk itu hal yang harus dilakukan adalah memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggan, yakni masyarakat.

“Sejak Maret kami mengharapkan PLN memperbaiki pelayanan. Saya sudah reformasi salah satu direksi, sekarang ada direksi ritel. Itu saja enggak cukup,” kata Erick di Jakarta, Rabu (16/12).

Saat manajemen Microsoft menyambangi Indonesia, Erick meminta PLN berkaca diri terhadap manajemen Microsoft. Salah satunya adalah sistem pelayanan harus terus dibenahi dengan berbasis teknologi.

Erick mengaku sudah jengah dengan berbagai kondisi yang kerap terjadi di PLN yang jelas-jelas menunjukan bobroknya kualitas pelayanan. Sebut saja masih banyaknya komplain dari konsumen. Kemudian masih ada kasus pencurian listrik.

“PLN mesti ada perubahan mentalitas dari segi pelayanan, jangan gara-gara monopoli maunya dilayani. Harusnya kebalik,” tegas Erick.

Penggunaan smart grid, smart meter adalah bentuk transformasi bisnis yang menjadi kunci. Hal ini untuk menekan subsidi yang salah sasaran, atau komplain dari pada pelanggan.

“Mohon maaf bukan saya suudzon, listrik yang tadi dicolong. Hal-hal ini dengan ada smart grid dam smart meter semua terukur. Jadi digitalisasi kepada PLN sangat penting,” ungkap Erick.

Darmawan Prasodjo, Wakil Direktur Utama PLN, mengatakan bagi PLN, pandemi justru mendorong percepatan digitalisasi proses bisnis yang menjadi bagian dari transformasi PLN.

Sejak 21 April 2020, PLN telah me-launching program transformasi guna meningkatkan kinerja perusahaan. Transformasi ini dilatarbelakangi oleh adanya perubahan kondisi kelistrikan di Indonesia dari sebelumnya defisit menjadi surplus. Pademi Covid-19 sendiri, justru dijadikan momentum percepatan proses transformasi PLN.

“Adanya perubahan ini juga membuat pergeseran strategi, dari yang sebelumnya supply driven menjadi demand driven,” ungkap Darmawan.

Transformasi PLN kata dia memiliki empat aspirasi yaitu, green, lean, innovative dan customer focused. Melalui aspirasi Green, PLN terus meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan untuk menghasilkan listrik. Lean, untuk memastikan pengadaan listrik yang handal dan efisien. Innovative, untuk meraih pendapatan dari sumber-sumber baru. Customer Focused untuk menjadi pilihan nomor satu pelanggan dan mencapai 100 persen elektrifikasi.

Dari empat aspirasi tersebut, PLN memiliki 20 breakthrough (terobosan) yang ada dalam program transformasi, 13 diantaranya merupakan pembangunan berbasis Digital, antara lain Digital Power Plant, Digital Procurement, Digitally Enambled Distribution Excellence, Dispatch Optimization, Anti Black Out, Green Booster, Billing and Collection Organization, Fiber Optics Rollout, Electric Vehicles Infrastructure, Captive Power, Outage Management, PLN Mobile Relaunch, dan Digitally Enabled Execution Machine.

Darmawan mengatakan, tantangan terbesar melakukan transformasi tidak hanya membangun sistem tetapi juga membangun kapasitas sumber daya manusia yang ada di PLN.

“Penting bagi kita kita untuk mengelola organisasi yang lebih streamline. Setiap orang perlu bekerja dengan efektif. Agar tidak ada redundance, perlu sinergi, kolaborasi, dan bagaimana kami harus mengelola lebih dari 100 ribu pegawai itu, maka kami membangun platform digital,” kata Darmawan.

Salah satu programnya misalnya, PLN mengembangkan kembali aplikasi layanan yang sudah ada sebelumnya yaitu PLN Mobile. Tak hanya sekadar aplikasi layanan saat terjadi gangguan, PLN Mobile kini sedang dikembangkan menjadi sebuah SuperApp yang mengintegrasikan proses bisnis PLN.

“Pertama kami membangun sembilan fitur, untuk penguatan core bisnis kami. Ini melibatkan ribuan orang, tidak hanya bagian IT development, namun juga ada bagian operational yang melibatkan ribuan orang, termasuk ujung tombak yang memberikan layanan di lapangan,” ungkap Darmawan.

Program digitalisasi ini tidak lagi menjalankan secara pendekatan parsial, tetapi melakukan secara komprehensif, holistik, dengan melibatkan banyak stakeholder.

Digitalisasi juga dilakukan dalam upaya mewujudkan keadilan energi, khususnya untuk melistriki daerah terpencil dan meningkatkan rasio elektrifikasi. Untuk menemukan lokasi-lokasi desa terpencil, PLN membuat sistem digital dengan memanfaatkan teknologi satellite image, patern recognition dan artifitial intelegent guna mengindentifikasi lokasi-lokasi daerah terpencil yang harus dilistriki.

“Bagi kami PLN saat akan melakukan pembangunan infrastruktur listrik, khususnya ke daerah terpencil, kami harus tau medan operasinya. Dengan teknologi yang ada Kami tau persis mereka ada dimana, menggunakan image satelite itu,” kata Darmawan.(RI)