CHICAGO- Harga emas relatif stabil pada akhir perdagangan Jumat atau Sabtu (22/8) pagi WIB. Hal ini dipicu oleh rebound yang kuat dalam dolar dan kebangkitan kembali aktivitas bisnis Amerika Serikat, kenaikan imbal hasil obligasi, dan penguatan pasar ekuitas AS mengurangi daya tarik emas.

Menurut Reuters, kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Mercantile Exchange diperdagangkan di kisaran ketat sepanjang Jumat (21/8), menjadi ditutup naik tipis US$0,5 atau 0,03% menjadi US$1.947 per ounce.

Hara emas berjangka turun US$23,8 atau 1,21% menjadi US$1.946,50 pada Kamis (20/8), setelah anjlok US$42,8 atau 2,13% menjadi US$1.970,30 pada Rabu (19/8) dan naik US$14,4 atau 0,72% menjadi US$2.013,10 pada Selasa (18/8).

“Harga telah mengalami minggu yang fluktuatif di tengah pengaturan posisi yang lemah, penundaan perjanjian paket stimulus, kenaikan kembali dolar AS dan suku bunga riil,” kata Analis Standard Chartered, Suki Cooper.

Dolar menguat 0,6% terhadap mata uang utama saingannya, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Indeks saham AS juga naik, sementara imbal hasil obligasi AS naik tipis setelah data menunjukkan kenaikan bulan ini dalam aktivitas bisnis ke level tertinggi sejak awal 2019.

“Kami melihat beberapa data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan dalam beberapa aspek, namun jelas masih ada kekhawatiran terkait pandemi, sehubungan dengan situasi ketenagakerjaan,” kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures, David Meger.

Sebuah laporan yang dirilis oleh National Association of Realtors menunjukkan penjualan existing homes (rumah yang sebelumnya telah dimiliki atau rumah bekas) meningkat 24,7% menjadi 5,86 juta pada Juli, jauh lebih baik dari yang diperkirakan mengingat keadaan pandemi COVID-19.

Laporan lain yang dirilis oleh Markit menempatkan indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) di 53,6 pada Agustus, angka yang lebih baik dari yang diharapkan. Selain itu, PMI jasa menunjukkan hasil 54,8, juga lebih baik dari yang diperkirakan.

Investor juga terus mencermati perkembangan seputar rancangan undang-undang bantuan Virus Corona AS setelah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi pada Kamis (20/8) mengatakan dia menentang RUU bantuan Virus Corona yang lebih kecil.

“Kecuali aksi ambil untung lebih lanjut, kami pikir tren naik jangka panjang (untuk emas) utuh mengingat ekspektasi kami untuk pelemahan dolar AS lebih lanjut dan skala stimulus, dan kami memperkirakan suku bunga tetap rendah atau negatif,” kata Cooper dari Standard Chartered. (RA)