JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas) tidak lebih penting dari pengembangan kendaraan listrik. Ignasius Jonan, Menteri ESDM, mengatakan Indonesia harus menyadari bahwa ke depan listrik akan menjadi sumber energi utama. Produksi minyak harus ditempuh dalam waktu lama, bahkan bertahun-tahun. Maka lebih baik fokus mengembangkan kendaraan listrik.

“Kendaraan listrik ini perlu, mending kembangkan ini daripada meningkatkan produksi minyak. Soalnya, kalau eksplorasi sampai produksi itu sebelum reformasi itu dulu 7 tahun. Sekarang? Tidak hanya 7 tahun, tapi 15 tahun,” kata Jonan disela seminar nasional prospek Penerimaan Negara dari Mineral, Batu Bara dan Migas di Tahun Politik, Senin (1/4).

Menurut Jonan, lamanya proses dalam memproduksi minyak tidak hanya disebabkan masalah teknis yang perlu perhitungan panjang, akan tetapi akibat regulasi di tingkat daerah yang ambil bagian dalam bertambahnya administrasi persiapan produksi minyak.

“Daerah juga menerbitkan aturan juga. Planologi itu ngurusnya susah setengah mati. Harus berdoa, cari orang pinter, sampai nyerah-nyerah,” kata dia.
Waktu panjang dalam proses produksi migas harus diakui benar terjadi. Ini juga yang selalu menjadi keluhan para kontraktor. Pasalnya, waktu panjang tersebut disebabkan juga oleh urusan administrasi.

Produksi minyak siap jual atau lifting sendiri terus alami penurunan setiap tahun. Bahkan pemerintah hanya bisa sanggup untuk menahan laju penurunan agar tidak terlalu tinggi bukan meningkatkan produksi.

Tahun lalu saja lifting yang dipatok 800 ribu barel per hari (bph) tidak mencapai target karena hanya mencapai 776 ribu bph. Realisasi lifting minyak 2018 juga lebih rendah dibanding 2017 sebesar 804 ribu bph dari target 815 ribu bph. Untuk tahun ini pemerintah mematok lifting minyak lebih rendah yakni sebesar 775 ribu bph.(RI)