NUSA DUA– Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebutkan 10 tantangan hilirisasi pertambangan mineral logam dan batu bara di Tanah Air. Deteksi dini dan solusi terintegrasi menghadapi tantangan tersebut diperlukan agar kebijakan hilirisasi tambang bisa terimplementasi dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat.

Adapun tantangan hilirisasi tambang minerba di Indonesia adalah trade barrier yang menerapkan rendah karbon. Selain itu, tata kelola pasar dalam penerapan hiliriasi di industri batu bara. Belum pula pemetaan dan neraca sumber daya dan cadangan, gap produksi penambangan dan feed smelter. Masalah lain adalah industri penyerapan ekspor, sumber daya manusia, pembiayaan, dan kepastian hilirisasi mineral nonlogam.

Carmelita Hartoto, Wakil Ketua Umum Koordinator IV Kadin Indonesia, Kadin mendukung program hilirisasi pemerintah Karena itu, Kadin menjadi mitra strategis pemerintah dalam melakukan studi dan masukan terkait program hilirisasi pemerintah. “Kadin menjadi wadah pelaku usaha sesuai UU No 1 tahun 1987 dan menjembatani kepentingan dunia usaha dalam program hilirisasi dan industrialisasi,” ujar Carmelita saat berbicara pada Indonesia Mining Summit di Nusa Dua, Bali, baru-baru ini.

Menurut Carmelita, Kadin telah membuat kelompok kerja (Pokja) hilirisasi minerba. Pokja tersebut terdiri atas pelaku industri, asosiasi, dan tenaga ahli.”Pengusaha swasta nasional siap bermitra dalam mendukung agenda transisi dan hilirisai serta dilibatkan dalam proses hilirisasi seperti halnya LG didukung Pemerintah Korea Selatan, Toyota didukung oleh Jepang dan Tesla disupport oleh Amerika Serikat,” katanya.

Rachmat Makkasau, Ketua Indonesia Mining Association, mengatakan Indonesia memiliki potensi minerba yang sangat besar dan berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi serta kemandirian dan ketahanan industri nasional. Kekayaan sumber daya mineral dan batu bara yang dimiliki Indonesia akan memberikan dampak lebih besar jika dilakukan hilirisasi. “Semua produk tambang harus diolah dan dimurnikan untuk mendapatkan nilai tambah,” ujar Rachmat.

Menurut dia, IMA ingin mendorong kegiatan hilirisasi tidak sekedar sampai pada produk antara tetapi harus sampai produk akhir. Hilirisasi berkelanjutan diharapkan akan membuka peluang Indonesia berpartisipasi dalam rantai rasok global, meningkatkan penerimaan negara, dan memperkuat daya saing ekonomi nasional. “Sebagai mitra pemerintah, IMA menurut Rachmat mendukung kebijakan hilirisasi pemerintah di industri tambang. Apalagi ini menjadi strategi besar baru untuk reindustrialisasi di Indonesia,” katanya.

Arifin Tasrif, Menteri ESDM, mengatakan Indonesia memiliki potensi minerba yang sangat besar dan berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi serta kemandirian dan ketahanan industri nasional. Pemerintah menilai bahwa peningkatan nilai tambah mineral memiliki peranan yang penting dalam mendukung transisi energi di Indonesia.(DR)