BANDUNG – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif tersenyum lebar saat ditanya mengenai mulai terlibatnya Inpex Corporation, perusahaan migas asal Jepang ke dalam bisnis panas bumi di tanah air.

Menurut Arifin, keterlibatan Inpex dalam pengembangan panas bumi di Indonesia membuktikan bahwa potensi panas bumi di tanah air masih sangat diminati. Selain itu menandakan bahwa transisi energi benar-benar sudah di depan mata.

“Bagus (Inpex bisnis Panas bumi), Mereka mulai diversifikasi dari fosil menuju ke terbarukan,” kata Arifin ditemui disela uji jalan B40 di Lembang, Selasa (1/11).

Inpex melalui Inpex Geothermal Ltd beberapa hari lalu baru saja mengungumumkan telah mengakuisisi saham dari ENGIE perusahaan asal Perancis dalam proyek panas bumi Rantau Dedap. Sebanyak 27,4% saham ENGIE diakuisisi sehingga kini Inpex bergabung dengan Merubeni corporation, Tohoku Electric Power Co. Inc. serta PT Supreme Energy dalam pengembangan panas bumi Rantau Dedap yang sudah menghasilkan listrik sejak tahun 2021 lalu.

Saat ini Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Rantau Dedap sudah berproduksi sekitar 98,4 Megawatt (MW) daya listrik atau mampu melistriki setara 450 ribu pelanggan. Kontrak jual beli listrik dengan PLN bakal berlangsung selama 30 tahun.

Manajemen Inpex menyatakan bahwa keterlibatan Inpex di proyek panas buni Rantau Dedap merupakan bagian dari strategi perusahaan yang turut serta dalam visi bisnis perusahaan untuk ambil bagian dalam Energi Baru Terbarukan (EBT).

Inpex bukan perusahaan baru di Indonesia. Perusahaan asal negeri Sakura itu lebih dulu dikenal sebagai perusahaan migas yang menjadi operator di blok migas raksasa, Blok Masela. Hingga kini blok Masela tidak kunjung semburkan gas, padahal pengembangannya sudah dimulai sejak hampir dua dekade lalu.