JAKARTA – PT PLN (Persero) sudah memutuskan untuk mengevaluasi kelanjutan investasi proyek ketenagalistrikan tahun ini. Penurunan jumlah permintaan listrik yang berimbas langsung pada keuangan perusahaan menjadi salah satu faktor utama kebijakan tersebut dilakukan. PLN juga telah menetapkan kriteria proyek yang akan dilanjutkan.

Persoalan demand juga menjadi tantangan. Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) memproyeksikan pertumbuhan demand sampai 8%. Padahal, pada kenyataannya pertumbuhan konsumsi listrik saat ini hanya sekitar 4,5%.

Zulkifli Zaini, Direktur Utama PLN,  mengungkapkan tidak semua proyek 35 ribu Megawatt (MW) akan dilanjutkan tahun ini. PLN sedang menghitung secara rinci proyek proyek mana saja yang akan diputuskan dilanjutkan dan mana yang tidak dilanjutkan.

“Kami masih melakukan assessment untuk menyikapi kondisi penurunan beban. Namun, selama melihat dua bulan ini, kami akan melanjutkan proyek yang sudah memperoleh pendanaan (financial close),” ujar Zulkifli dalam rapat dengan Komisi VII DPR, Rabu (22/4).

Kriteria pasti yang akan ditunda kelanjutan proyeknya adalah proyek yang belum mendapatkan kepastian pendanaan.

Menurut Zulkifli, saat ini sumber-sumber pendanaan eksternal juga kesulitan untuk mengucurkan pinjaman. Apalagi di tengah kondisi permintaan listrik turun seperti sekarang.

“Yang belum ada pendanaan kami akan tunda dulu. Karena situasi seperti ini, untuk bisa mencari pendanaan bukan hal yang mudah. Selama dua bulan terakhir pasar keuangan sangat kering, sehingga sangat sulit memperoleh pendanaan di saat situasi ini. kami masih lakukan assessment dan lakukan optimalisasi,” ungkap Zulkifli.

Nantinya kemampuan finansial PLN akan diberdayagunakan untuk keandalan penyaluran listrik dan kelanjutan operasional perusahaan.

“Pertama menyelamatkan operasional dahulu karena mandat pada kami menjaga suplai listrik seluruh Indonesia, fokus kami pada proyek yg mendukung keandalan listrik,” kata Zulkifli.(RI)