JAKARTA – Industri migas Indonesia saat ini memiliki tantangan untuk meningkatkan produksi migas nasional dan di saat bersamaan harus mempersiapkan diri menuju net zero emission. Tantangan multidimensi yang kompleks ini harus disiasati dengan peningkatan kualitas industri yang konsisten melalui beberapa upaya seperti penyusunan regulasi yang dapat mengakselerasi proses bisnis di industry migas, kolaborasi strategis antar stakeholders, dan peningkatan kompetensi SDM melalui proses reskilling agar dapat beradaptasi dengan kebutuhan industry saat ini dan akan datang.

Ini menjadi benang merah dari International Virtual Conference 2022 dengan mengangkat tema “Bringing Indonesia’s Oil and Gas Industry to World Class Level” yang digelar Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), akhir pekan lalu.

“Dalam IVC 2022 juga menyebutkan bahwa peningkatan kualitas industri migas ke level global tidak hanya membutuhkan talenta terbaik, tapi juga organisasi dan proses pengelolaan yang terbaik. Dengan ekosistem industri yang mendunia, perusahaan nasional diharapkan dapat lebih mudah berbisnis di level global sebagai upaya untuk mengamankan ketahanan energi nasional dan menambah devisa untuk Indonesia” kata Ketua IATMI International Virtual Conference 2022 I Putu Gede Putra Arcana di Jakarta, Selasa (28/6).

Acara yang diadakan secara daring, Sabtu, (25/6), bertujuan untuk mendiskusikan strategi yang dapat diterapkan oleh stakeholders di industry migas untuk meningkatkan kualitas pengelolaannya sehingga dapat mengatasi tantangan industri ini. Hampir seluruh pemangku kepentingan sektor migas turut berpatisipasi dalam acara ini, mulai dari perwakilan pemerintah, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), lembaga kajian, akademisi serta anggota IATMI dari seluruh penjuru dunia.

Acara diawali plenary session yang menghadirkan tiga narasumber yaitu Prof. Ir. Tutuka Ariadji, M.Sc., Ph.D. sebagai Dirjen Migas, Oto Gurnita sebagai Direktur SDM dan Penunjang Bisnis Pertamina Hulu Energi (PHE), serta Stefanie Khaw sebagai Principal at Boston Consulting Group dipandu oleh Henricus Herwin yang merupakan VP Upstream Business Development PHE.

Empat sesi FGD kemudian dilakukan secara paralel dimana masing-masing FGD membahas topik yang berkaitan dengan strategi perusahaan nasional yang menjalankan bisnis di level global, pemaparan proyek besar migas di Indonesia, cara menjadi perusahan migas kelas dunia, dan dekarbonisasi di industri migas. Acara ini diikuti oleh sejumlah diaspora professional migas Indonesia di Qatar, Norwegia, Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Oman.

Menurut Putra, dalam beberapa poin lain yang disampaikan narasumber antara lain bahwa perusahaan migas nasional yang memiliki portfolio asset global mendapatkan manfaat berupa kerja sama international, kepercayaan dari pasar global dan peningkatan pendapatan perusahaan.

Pengembangan portfolio secara internasional dilakukan melalui proses akuisisi blok baru, penawaran blok eksplorasi atau pengembangan asset existing. Ekspansi secara global tentu memiliki tantangan tersendiri karena perbedaan kultur, geopolitik, ataupun kebijakan fiscal dengan situasi di Indonesia. Risiko secara komersial berupa ketidakpastian makro ekonomi dan tingginya biaya investasi juga menjadi tantangan tersendiri dalam ekspansi perusahaan nasional ke level global.

Putra menambahkan dalam FGD juga menyebutkan bahwa strategi dalam mengatasi tantangan ekspansi tersebut dilakukan dengan memaksimalkan pengetahuan terhadap asset yang akan diakuisisi, melakukan sinergi dengan pemangku kebijakan untuk mempermudah proses ekpansi dan pengelolaan asset, serta peningkatan kapabilitas SDM perusahaan secara kontinu.

“Perusahaan nasional yang sudah mendunia ini diharapkan menjadi lokomotif bagi perusahaan – perusahaan Indonesia lainnya untuk juga beroperasi dan berbisnis di level global sebagai upaya untuk mengamankan ketahanan energi nasional dan menambah devisa untuk Indonesia,” kata dia.

Proyek – proyek migas besar di Indonesia juga dapat menjadi kesempatan untuk membawa industry migas nasional menuju kelas dunia dengan melakukan manajemen proyek yang tepat. Ketidakpastian harga minyak akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan untuk menjalankan proyek – proyek strategis ini. Semangat untuk menuju net zero emission juga mempengaruhi tipe proyek yang akan dieksekusi dengan proyek pengembangan gas dan CCUS/CCS akan berpotensi menjadi prioritas. Untuk mengelola dan mengeksekusi proyek strategis berskala dunia, aspek keselamatan harus diterapkan pada seluruh lapisan dan proses pekerjaan.

“Eksekusi proyek migas secara tepat waktu, sesuai anggaran dan memenuhi standard kualitas terbaik selain dapat memberikan peningkatan kualitas ekosistem industri migas juga akan mendukung pencapaian target produksi migas nasional sebesar 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik per hari pada tahun 2030,” kata Putra memaparkan hasil dari IATMI IVC 2022.