JAKARTA – Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) menandatangani perjanjian kerja sama proyek pengembangan keterampilan di sektor energi terbarukan pada balai latihan kerja di Indonesia dengan
cakupan yang komprehensif, termasuk pengembangan kurikulum dan modul pelatihan, pengembangan kapasitas instruktur, penyediaan sarana dan prasarana pelatihan, penyediaan program magang dan kemitraan dengan industri, dan penempatan lulusan pelatihan.

Proyek berupa hibah asistensi teknis dan peralatan laboratorium yang didanai oleh Swiss State Secretariat for Economic Affairs SECO dan dilaksanakan oleh GFA Consulting Group ini berlaku hingga Juni 2025 dan berfokus pada peningkatan
keterampilan teknisi operasional dan pemeliharaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Ida Fauziyah, Menteri Ketenagakerjaan, menekankan bahwa pihaknya mendukung penuh arahan Presiden Joko Widodo terkait transisi energi Indonesia menuju energi yang lebih bersih dengan bauran energi 23% dari energi baru terbarukan pada tahun 2025 dan net zero emission pada tahun 2060.

“Kementerian Ketenagakerjaan mendukung target tersebut dengan memastikan ketersediaan tenaga kerja yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha, khususnya di sub-sektor PLTS dan PLTA,” ujarnya, Senin(13/12).

Ia mengatakan, melalui proyek penguatan sumber daya manusia yang didukung oleh Pemerintah Swiss, Kementerian Ketenagakerjaan mengembangkan keterampilan para instruktur di empat Balai Latihan Kerja (BLK) percontohan di Banda Aceh, Lombok Timur, Ternate, dan Ambon dengan harapan dapat memperluas
cakupan proyek ke seluruh Indonesia apabila tahap percontohan hingga tahun 2025 dapat berjalan dengan baik. Peningkatan kapasitas instruktur juga dibarengi dengan program kerja sama magang di industri bagi para siswa BLK dengan harapan membuka peluang kerja seluas-luasnya setelah mengikuti program diklat.

“Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan juga mengalokasikan matching-fund untuk melengkapi fasilitas laboratorium yang didanai dari hibah Pemerintah Swiss,” ungkap Budi Hartawan, Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi Dan Produktivitas Kementerian
Ketenagakerjaan.

Martin Stottele, pimpinan pelaksana proyek Renewable Energy Skills Development (RESD), menyampaikan proyek Renewable Energy Skills Development yang melibatkan beberapa kementerian strategis seperti Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Energi & Sumber Daya Mineral (ESDM), dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset & Teknologi pada tahun 2022 akan diluncurkan program diklat di empat BLK di Indonesia, PPSDM KEBTKE Kementerian ESDM, dan lima politeknik di Indonesia untuk bidang spesialisasi energi terbarukan khususnya PLTS, hybrid PLTS, dan PLTA.

“Pelaksanaan proyek diperkuat dengan pendampingan dari lembaga pendidikan di Swiss, termasuk Swiss university of applied sciences, untuk memberikan masukan best practices di bidang vokasi dan kerja sama industri,” ujar Martin.

Proyek Renewable Energy Skills Development (RESD) merupakan hibah langsung dari Pemerintah Swiss
berupa asistensi teknis dan dukungan peralatan laboratorium yang berlangsung dari tahun 2021 hingga 2025.
Tujuan utama dari RESD adalah menciptakan tenaga kerja yang kompeten di bidang perencanaan, desain, pembangunan dan pemasangan, inspeksi dan commissioning, pengoperasian dan pemeliharaan PLTS, pembangkit listrik hybrid surya diesel, dan PLTA.

Mitra program RESD mencakup BPSDM Kementerian ESDM sebagai mitra utama, Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan & Konservasi Energi dan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek, Badan Nasional Sertifikasi Profesi, dan Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional. Program RESD juga bekerja sama erat dengan politeknik, lembaga pendidikan dan pelatihan kerja, asosiasi industri, dan sektor swasta.(RA)