JAKARTA – Pengembangan industri baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dari hulu hingga hilir di Indonesia dipastikan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Berdasarkan kalkulasi Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik total dana yang dibutuhkan diperkirakan mencapai US$13,4 miliar-US$17,4 miliar yang akan dieksekusi oleh Indonesia Baterai Holding (IBH).

Agus Tjahajana Wirakusumah, Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik, mengatakan pengembangan industri baterai kendaraan listrik untuk memanfaatan peluang bisnis yang besar di masa depan serta pemanfaatan potensi sumber daya alam Indonesia.

“Nilai investasi baterai EV dari hulu sampai hilir, terendah sampai tertinggi kapasitas sel hingga 140 gigawatt hour (GWh) adalah sekitar US$13,4 miliar-US$17,4 miliar,” kata Agus, Senin (1/2).

Pemerintah tengah membentuk Indonesia Baterry Holding yang terdiri dari PT MIND ID, PT Antam Tbk, PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero). Nantinya keseluruhan investasi value chain industri baterei EV ini akan dilaksanakan oleh masing-masing BUMN anggota holding. Selain itu pemerintah juga mendorong adanya keterlibatan mitra internasional melalui perusahaan patungan (joint venture/JV).

Nantinya, skema kerja sama dengan konsorsium dicerminkan dengan besaran saham masing-masing BUMN. “Porsi kepemilikan saham masing-masing BUMN akan sebesar 25%,” ungkap Agus.

Dia menegaskan masing-masing BUMN akan memiliki keleluasaan untuk dapat berpartisipasi langsung dalam perusahaan patungan yang dibentuk bersama calon mitra. Sementara pembentukan IBH akan segera dilakukan setelah negosiasi dengan calon mitra difinalisasi.

Menurut Agus, pihaknya tengah melakukan penjajakan calon mitra. Dari awalnya 11 perusahaan dengan kapasitas tertinggi di dunia, pihaknya menyortir tujuh perusahaan yang memenuhi kriteria. Beberapa kriteria yang digunakan dalam seleksi ini yakni jejak global dan rencana ekspansi, kekuatan finansial dan investasi di bidang baterai, serta reputasi merek dan hubungan dengan original equipment manufacturer (OEM).

“Tujuh perusahaan yang telah memenuhi kriteria yakni CATL, LG Chem, Samsung, Tesla, dan lainnya,” kata Agus.

Indonesia menargetkan dapat menjadi pemain global material hulu dan katoda baterai, serta pemain hilir regiobal dan domestik di baterai dan kendaraan listrik. Hal ini dengan menggenjot produksi nikel sulfat hingga 50-100 ribu ton per tahun dan prekursor dan katoda 120-140 ribu per tahun.

Jika terealisasi, Indonesia disebutnya bisa memperoleh pendapatan domestk bruto hingga US$ 26 miliar di 2030 dengan asumsi kapasitas 140 GWh. Manfaat lainnya adalah terciptanya lapangan kerja untuk 23,5 ribu pekerja dan peningkatan neraca perdasangan sekitar US$9 miliar.

Orias Petrus Moedak, Direktur Utama MIND ID, mengatakan modal awal ketika IBH berdiri nantinya sekitar US$50 juta. Untuk investasi yang mencapaiUS$ 17 miliar akan dilaksanakan secara bertahap. Pada tahap awal masih di kisaran US$5 miliar-US$10 miliar, terutama di sektor hulu industri baterai.

“Pendanaannya, perhitungan sementara ekuitas 30% dan pinjaman 70%. Pendanaan sudah dihitung supaya secara bertahap kami bisa lanjut sesuai dengan tingkat demand. Tahun lalu kan kendaraan listrik masih sedikit, pertumbuhan belum ada,” kata Orias.(RI)