JAKARTA – Sebanyak delapan kargo Liquefied Natural Gas (LNG) akhirnya dipastikan akan diserap pada tahun ini. Tiga perusahaan membeli LNG setelah sempat tidak jadi diserap. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT PLN (Persero), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Pertamina Gas.

Arief Setiawan,  Handoko Deputi Keuangan dan Monetisasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), mengungkapkan PLN akhirnya bersedia menambah serapan LNG pada tahun ini dengan menambah pembelian sebanyak lima kargo.

Kesediaan PLN untuk membeli kargo lantaran harga LNG yang lebih murah dari harga kontrak sebelumnya.

“Yang didrop dari yang 11 kargo. Disini (11 kargo tidak jadi diserap) tahu harganya tinggi (tidak diambil), nah sekarang diambil lagi (lima kargo), harganya beda (lebih murah),” kata Arief ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, Selasa (30/7).

PLN sebelumnya sempat membatalkan rencana serapan LNG dari kontrak awal dengan PT Pertamina (Persero) sebanyak 17 kargo menjadi hanya enam kargo, sehingga ada 11 kargo yang uncommitted. SKK Migas sendiri langsung melakukan curtail atau pengurangan produksi LNG.

Hal ini langsung berpengaruh terhadap lifting gas nasional yang tidak mencapai target lantaran harus disesuaikan dengan serapan..

PGN dan Pertagas masing-masing membeli satu kargo LNG serta sebanyak satu kargo lainnya akan diekspor ke Singapura.

“Dari Bontang kan yang sudah dibalikin, tiga kargo yang harus dicurtail. Sisa delapan kargo  lima kargo ke PLN , dua ke PGN dan Pertagas. Satu kargo ini resechdule, cuma kami coba jual dapat harga pasar. Kalau enggak salah BP Singapura,” ungkap Arief.

Produksi Kilang Bontang semester I 2019 sebesar 57,2 standar kargo, lebih rendah dibanding periode yang sama 2018 sebesar 78,3 standar kargo. Produksi LNG Kilang Tangguh hingga Juni lalu tercatat sebanyak 56,8 standar kargo, turun dibanding periode yang sama tahun lalu 60,8 standar kargo.

Realisasi penyaluran LNG ke pembeli domestik pada semester I tahun ini sebanyak 31,8 standar kargo, sebanyak 18,7 standar kargo dari Kilang Bontang dan 13,1 standar kargo dari Kilang Tangguh. Untuk realisasi ekspor LNG tercatat mencapai 82,2 standar kargo, yakni 38,6 standar kargo dari Kilang Bontang dan 43,7 standar kargo dari Kilang Tangguh.(RI)