JAKARTA – Harga minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari jatuh ke level US$29,93 per barel di New York Mercantile Exchange, Selasa (Rabu pagi WIB). Harga minyak WTI yang menjadi patokan harga minyak Amerika Serikat turun di bawah US$30 per barel untuk pertama kalinya dalam 12 tahun terakhir.

Harga WTI, seperti dikutip AFP, turun tipis pada akhir perdagangan menjadi ditutup 97 sen lebih rendah pada US$30,44 per barel. Di London harga juga jatuh, dengan patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Februari berakhir turun 69 sen menjadi US$30,86 per barel.

Sejumlah analis memperkirakan harga minyak bergerak menuju level US$20 per barel yang mendorong gejolak lebih besar di para eksportir, banyak yang merasakan penurunan mendalam pada pendapatan akibat kejatuhan pasar.

Emmanuel Ibe Kachikwu, Menteri Sumber Daya Minyak Nigeria, mengharapkan pertemuan luar biasa dari produsen minyak yang tergabung dalam OPEC untuk mendiskusikan anjloknya harga minyak.

Nigeria, produsen minyak terpenting dan ekonomi terbesar Afrika, ekonominya babak belur menyusul kejatuhan harga minyak mentah. Minyak berkontribusi 90% dari pendapatan ekspor dan 70% dari pendapatan pemerintah secara keseluruhan. Namun, dengan Arab Saudi dan sekutunya di Teluk, seperti Uni Emirat Arab mempertahankan penurunan harga untuk menekan pesaingnya, terutama di Amerika Serikat.

“Desakan Nigeria untuk pertemuan OPEC lebih awal akan menjadi faktor konstruktif jika itu adalah untuk menyebabkan pertemuan aktual dan pergeseran dalam kebijakan,” kata Tim Evans, analis Citi Futures.

Andy Lipow, analisis Lipow Oil Associates, mengatakan wakil Uni Emirat Arab dikonferensi minyak dengan cepat telah menolak gagasan pertemuan OPEC. “Akibatnya pasar terus mencari sesuatu untuk mendukung harga, tetapi sebenarnya tidak ada di luar sana pada saat ini,” tukas dia.(AT)