LONDON– Harga minyak mentah di pasar global naik tipis pada perdagangan Senin (21/1) membalikkan kerugian awal. Hal ini ditopang oleh sikap investor yang mengabaikan data soal pertumbuhan ekonomi China sedang mendingin dan malah terus mengikuti pendorong positif sisi pasokan untuk pasar.

Harga minyak Brent, untuk kontrak Maret 2019 ditutup menguat 0,04 poin atau 0,06% ke level US$62,74 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London, setelah naik US$1,52 pada hari Jumat.

Sementara itu, minyak mentah berjangka AS naik US$19 sen menjadi US$53,99 per barel.Harga minyak mentah AS menetap pada kisaran level tertinggi dua bulan di tengah turunnya aktivitas pengeboran AS, sementara pembicaraan perdagangan AS dan China yang sedang berlangsung meninggalkan prospek permintaan yang tidak pasti.

Pasar AS ditutup untuk liburan Martin Luther King, dan kontrak hanya akan diselesaikan pada hari Selasa.

Bloomberg menyatakan jumlah rig pengeboran minyak di AS turun sebanyak 21 ke 852 rig, level terendah sejak Mei dan penurunan terbesar sejak 2016, menurut data Baker Hughes. Kendati turun, data Energy Information Administration pekan lalu menunjukkan pengebor AS memompa 11,9 juta barel per hari. Output di AS menuju ekspansi sebesar 1,1 juta barel per hari tahun ini dan dapat melebihi level maksimum Arab Saudi dalam enam bulan ke depan.

“Penurunan (aktivitas pengeboran) diperkirakan tidak secara signifikan memperlambat pertumbuhan produksi minyak mentah AS,” menurut analis di konsultan JBC Energy GmbH dalam sebuah laporan, seperti dikutip Bloomberg.

Ekuitas global turun setelah data menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi China pada 2018 ke level terendah 28 tahun. Angka-angka itu menimbulkan kekhawatiran bahwa prospek pertumbuhan global mungkin akan semakin suram, terutama karena ketegangan perdagangan AS-China.

“Itu sangat mungkin bahwa pertengkaran perdagangan dengan AS telah memainkan bagian dalam perlambatan terbaru ini,” kata Kepala Analis Pasar CMC Markets, Michael Hewson, seperti dikutip Reuters.

“Tetapi investor juga harus mempertimbangkan bahwa ekonomi China tidak mungkin tumbuh pada kecepatan yang telah terjadi selama 10 tahun terakhir, dalam 10 tahun mendatang,” ujarnya.

Pasar saham masih naik sejauh bulan ini, yang telah memberikan investor minyak kepercayaan lebih untuk bertaruh secara agresif pada kenaikan harga minyak mentah.

Para analis menyatakan latar belakang yang lebih kuat untuk pasar keuangan dan prospek pertumbuhan produksi minyak mentah yang lebih lambat adalah pendorong utama di balik reli minyak.

“Kinerja pasar saham adalah salah satu alasan mengapa minyak terus bergerak lebih tinggi. Tampaknya juga ada kepercayaan umum bahwa pemotongan yang disepakati dalam produksi OPEC+ akan cukup untuk menyeimbangkan pasar,” PVM Oil Associates mengatakan dalam sebuah catatan.

Sementara ada kekhawatiran bahwa ekonomi global yang melambat dapat berdampak pada permintaan minyak, pengurangan produksi yang dilaksanakan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) kemungkinan akan mendukung harga minyak mentah. (RA)