JAKARTA – Penurunan  harga minyak dunia yang telah turun hingga ke level US$30 per barel tidak membuat harga Bahan Bakar Minyak (BBM) PT Pertamina (Persero). Disisi lain, Pertamina mengaku volume penjualan BBM-nya anjlok akibat dampak pandemi virus Corona.

Yusri Usman, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), mengatakan harga jual BBM di sejumlah negara lain sejak Februari-April 2020 telah terkoreksi banyak.

“Wajar jika publik mempertanyakan soal penurunan harga BBM,” kata Yusri, Kamis (16/4).

Harga jual Gasoline 95 (Euro 4) di SPBU Malaysia mematok harga eceran

nya Rp5.200 perliter (RM1,2 per liter), sementara Pertamina sampai saat ini masih menjual BBM Pertamax Ron 92 seharga Rp 9.000 per liter. Sebaliknya, di Amerika Serikat untuk BBM yang setara Pertamax 92 hanya dibanderol Rp 2.500 perliter .

Yusri mengatakan bahwa saat patokan harga minyak dunia turun, harga jual BBM juga semestinya turun seperti yang ditunjukkan oleh parameter MOPS (Mean Of Platts Singapore) dan Argus.

“Sekarang ini harga MOPS untuk Gasoline 92 sekitar US$21 per barel atau Rp1.000 per liter. Seharusnya harga jual Pertamax di SPBU sekitar Rp. 4.343 perliter (2.100+1.800+ 433),” tandas Yusri.

Disisi lain, Pertamina mencatat rata-rata penjualan gasoline yakni Premium dan Perta series yang semula mencapai 93,56 ribu Kiloliter (KL) per hari, kini turun menjadi sekitar 77,95 ribu KL. Gasoil yakni Biosolar dan Dex series normalnya pada Januari hingga Februari 2020 rata-rata 41,31 ribu KL, namun sejak Maret rata-rata penjualannya hanya 37,84 ribu KL atau turun 8,38%.

“Pemerintah putuskan WFH terjadi penurunan demand (gasoline) pada maret hinga 14 April 2020 sebesar 16,78% dengan PSBB di DKI Jakarta dan beberapa daerah lain ini semakin tertekan,” kata Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina dalam rapat dengar pendapat secara virtual dengan Komisi VI DPR, Kamis.(RA)