TENGGARONG– PT Pertamina Hulu Energi (PHE) melalui anak usahanya Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), bersiap untuk meningkatnya produksi minyak dan gas bumi dari Lapangan YY. Hal ini didukung oleh akan berakhirnya proses fabrikasi Anjungan YYA di Handil-1 Yard di Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Menurut rencana load out Anjungan YYA akan dilakukan pada pekan kedua Maret 2019.

Meidawati, Direktur Utama PHE, mengatakan sejak dimulainya tahap fabrikasi pada Agustus 2018, milestone pengembangan Lapangan YY diharapkan memenuhi proyek OTOBOSOR (on time, on budget, on scope dan on return) dengan tetap mengedepankan aspek health, safety, security, dan environment (HSSE).

Sebelum pemasangan anjungan, bulan Januari hingga Februari 2019, telah terlebih dahulu dilakukan pemasangan pipa penyalur bawah laut sepanjang 13,5 km dari lokasi rencana Anjungan YYA ke Anjungan KLB.

“Pipa bawah laut tersebut akan digunakan untuk menyalurkan minyak dan gas ke Anjungan KLB yang selanjutnya minyak akan dialirkan ke central plant utk diproses  dan dialirkan ke FSO Arco Arjuna. Sedangkan gas akan dialirkan ke Anjungan Mike-Mike dan kemudian ke Muara Karang untuk didistribusikan ke konsumen,” ujar Meidawati dalam keterangan tertulis kepada Dunia-Energi, Minggu (24/2).

Lapangan YY berlokasi di Perairan Utara Jawa, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Anjungan YYA direncanakan terdiri atas tiga sumur yang akan dibor tahun ini.

ONWJ merupakan Blok pertama yang menerapkan skema gross split. Penerapan gross split di ONWJ, mengharuskan perusahaan untuk beroperasi secara efisien agar keuntungan untuk negara dan perusahaan bisa maksimal.

“Dengan melihat potensi cadangan minyak dan gas yang cukup besar mencapai 4 MMBO dan gas 21,2 BSCF tentu kami akan berupaya semaksimal mungkin” ujar Meidawati.

Proyek senilai US$85,4 juta ini direncanakan dapat berproduksi pada akhir September 2019, dan diharapkan Lapangan YY nantinya menyumbang tambahan produksi minyak sebesar 4 MBOPD dan gas bumi mencapai 25 MMSCFD.

Afif Saifudin, Direktur Pengembangan PHE, menambahkan, proses pengembangan Lapangan YY dapat diselesaikan tepat waktu sehingga setelah sailout dari Handil pada Maret 2019 menuju ke titik pengeboran di Pantai Utara Jawa. Setelah itu dilakukan proses pemasangan anjungan pada bulan April – Mei 2019.

“Produksi dari Lapangan YY akan digunakan seluruhnya untuk kepentingan dalam negeri (kebutuhan domestik ) sehingga menjadi pendorong roda perekonomian industri-industri di sekitar wilayah kerja PHE ONWJ,” ujar Afif Saifudin.

Aktivitas proyek ini dengan lingkup pekerjaan lepas pantai sepenuhnya dilakukan oleh tenaga kerja nasional.

Pengembangan Lapangan YY ini membuktikan implementasi gross split di PHE ONWJ tidak menyurutkan semangat untuk terus meningkatkan produksi migas nasional. Sebelumnya, pada 2018, PHE ONWJ telah memasang anjungan SPA sebagai pengembangan Lapangan SP. PHE ONWJ menerima beberapa penghagaan antara lain dari SKK Migas, yaitu Exceptional Endevour in Implementing PSC Gross Split and Initiatives in Financial Compliance.

Sebagai perusahaan pertama yang mengimplementasikan PSC Gross Split, PHE ONWJ menunjukkan sikap proaktif dan kooperatif yang layak menjadi pionir dalam implementasi PSC Gross Split.

Melalui PSC Gross Split, PHE ONWJ diberi keleluasaan dalam penggunaan anggaran dalam mengoperasikan Blok ONWJ. Meski demikian, PHE ONWJ berhasil membuktikan ketaatan dalam setiap pelaporan keuangannya.

PHE ONWJ adalah operator dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Blok ONWJ dibawah pengawasan dan pengendalian SKK Migas yang dimiliki oleh Pertamina sejak bulan Juli 2009. Wilayah operasi PHE ONWJ mencakup area sekitar 8,300 kilometer persegi di Laut Jawa yang terletak di sebelah utara Cirebon sampai ke Kepulauan Seribu. (RA)