JAKARTA – PT Chevron Pacific Indonesia sudah melaporkan akan adanya pihak lain yang berminat untuk ikut berpartisipasi dalam proyek Indonesia Laut Dalam atau Indonesia Deepwater Development (IDD) tahap dua di Gendalo – Gehem kepada Satuna Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas).

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengungkapkan sudah sejak akhir 2019  Chevron menginformasikan perusahaan yang tertarik masuk di proyek IDD. Perusahaan asal Amerika Serikat itu akan kembali melaporkan calon kuat perusahaan yang dimaksud pada bulan ini.

“Itu masih confidential mereka, mudah-mudahan akhir Februari Chevron akan update siapa kandidatnya,” kata Dwi saat ditemui di Gedung DPR/MPR,  Jakarta, Selasa (4/2).

Hingga kini belum ada kepastian apakah Chevron akan melepas seluruh kepemilikan hak partisipasi (Participating Interest/PI) di proyek IDD tahap II atau hanya melepas sebagian. “Tergantung kandidat nanti apakah kandidiat itu meng-offer (menawarkan) yang diharapkan oleh Chevron,” kata Dwi.

Berdasarkan informasi yang diterima Dunia Energi, kandidat kuat penggati Chevron di IDD adalah ENI, perusahaan asal Italia yang memang cukup masif dalam beberapa waktu terakhir berinvestasi di sektor hulu migas tanah air.

Menurut Dwi, ENI cocok dan memiliki kapasitas mumpuni jika mengambil alih proyek IDD dari Chevron. “Barangkali (ENI), kalau itu kan ada integrasi fasilitas yang ada,” tukasnya.

Dwi mengaku belum menerima laporan formal terkait ketertarikan ENI untuk ambil alih proyek IDD dari Chevron, hanya saja dia menyambut baik jika memang proyek IDD bisa dijalankan oleh perusahaan yang tidak kalah besar dari sisi finansial dan teknologi dari Chevron dalam mengelola IDD.

ENI bukan pemain baru di industri hulu migas tanah air khususnya juga dalam mengelola lapangan migas laut dalam. ENI merupakan kontraktor yang mengelola blok Muara Bakau yang mengerjakan proyek Jangkrik. Saat ini ENI juga telah menjadi salah satu kontributor terbesar lifting gas terbesar di Indonesia melalui lapangan Jangkrik.

“Saya belum menerima secara formal dari ENI tetapi kalau kita lihat dia memiliki fasilitas bagus kalau diintegrasikan dia memiliki competitive advantage, daya saing dari calon pembeli (PI) yang lain. Iya (ada kapasitas), dan sesungguhnya IDD itu mirip dengan Muara Bakau, Fieldnya mirip sama-sama deepwater,” kata Dwi.(RI)