JAKARTA – Pemanfaatan gas untuk transportasi masih lambat. Padahal untuk bisa meningkatkan serapan gas untuk kendaraan, diperlukan dorongan yang kuat dari berbagai pihak, termasuk pemerintah.

Basuki Trikora Putra, Direktur Pemasaran Korporat Pertamina, mengungkapkan ekspansi bisnis Bahan Bakar Gas (BBG) Pertamina cenderung tidak mengalami pertumbuhan signifikan. Ini tidak lepas dari demand yang tidak bertumbuh. Untuk itu rencana ekspansi bisnis BBG juga tidak terlalu ambisius.

“Kami sih agak statis pertumbuhan penjualannya (BBG), tidak seperti fuel,” kata Basuki ditemui disela peresmian SPBG di Karawang, Selasa (17/12).

Pertamina hingga kini baru memiliki sedikitnya 30 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) yang berdiri sendiri (stand alone). Total SPBG yang dimiliki oleh Pertamina Group, termasuk yang dikelola oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) jumlahnya baru mencapai 62 SPBG.

Menurut Basuki, Pertamina masih harus melihat potensi demand gas untuk berinvestasi besar-besaran di BBG. Peran dukungan pemerintah dan pihak lainnya  masih sangat dibutuhkan, jika mau BBG didorong pemanfaatannya.

Salah satu contoh misalnya dengan diberlakukan aturan mobil dengan batasan CC yang sudah ditentukan wajib menggunakan BBG.

“Lihat supply demand, perlu juga dorongan semua pihak, perusahaan mobil, dan regulasi juga. Bisa macam-macam, misalnya mobil dengan sekian CC harus pakai BBG,” kata Basuki.

Ego Syahrial, Sekretaris Jendral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan pemerintah sudah berupaya mendorong penggunaan gas untuk kendaraan, terutama kendaraan pribadi.

“Seperti itu kendaraan dinas pemerintah sudah mencoba tahun 2015 setiap tahun pemerintah mengadakan dengan APBN pemberian secara gratis tabung CNG pada kendaraan dinas seluruh Indonesia. Tapi  kemampuan anggaran pemerintah terbatas. Inginnya swasta masyarakat secara umum juga beralih,” kata Ego.(RI)