JAKARTA– PT Samindo Resources Tbk (MYOH), emiten jasa pertambangan batubara terintegrasi di Indonesia, terus berupaya mempertahankan produksi di tengah pagebluk Covid-19 yang mempengaruhi semua sektor, termasuk industri batu bara. Kondisi tersebut semakin membebani harga batubara yang pada akhirnya berdampak pada penurunan volume produksi batubara.

Melihat kondisi tersebut, Samindo Resources membuat tiga skenario untuk meningkatkan daya saing. Tiga skenario peningkatan daya saing itu adalah standardisasi biaya, optimalisasi potensi internal, dan integrasi proses bisnis.

“Manajemen perseroan berkeyakinan bahwa hal terbaik yang dapat dilakukan saat ini adalah memperkuat daya saing, khususnya dalam hal daya saing yang mandiri. Tujuannya agar perseroan dapat mempertahankan kinerjanya dan mampu menangkap peluang di saat ekonomi global mulai bergulir kembali,” ujar Ahmad Zaki Natsir, Sekretaris Perusahaan Samindo Resoruces, Jumat (28/8).

Menurut Zaki, standardisasi biaya merupakan poin utama yang menjadi tugas besar perseroan dalam meningkatkan daya saing. Sedangkan optimalisasi dengan memaksimalkan potensi internal. Samindo saat ini fokus memaksimalkan potensi internal dalam mengelola perawatan alat berat. Dari segi kompetensi, perseroan memiliki banyak mekanik handal dengan pengalaman tinggi.

“Kami juga terus meningkatkan kompetensi seluruh insan perseroan guna memaksimalkan potensi penyediaan tenaga kerja pada akhir kuartal II 2020,” ujarnya.

Zaki menegaskan keterpaduan proses bisnis, khususnya dalam penyediaan, menjadi fokus Samindo. Perseroan saat ini melakukan proses integrasi dalam hal penyediaan suku cadang alat berat ke seluruh anak perusahaann. Tujuannya adalah mendapatkan harga beli yang lebih rendah dan biaya pengiriman yang lebih rendah. Pasalnya, banyak suku cadang yang digunakan untuk alat berat merupakan produk impor.

“Kami selalu melihat semuanya dari sisi positif, tidak dapat dimungkiri kondisi saat ini sangat tidak menguntungkan bagi para pelaku bisnis khususnya industri batubara. Namun, ini juga saat yang tepat bagi kami untuk berbenah guna meraih peluang yang lebih besar lagi,” ujarnya.

Hingga semester I 2020, Samindo berhasil melakukan efisiensi dalam aktivitas operasinya. Hal itu dibuktikan dari biaya pokok produksi perusahaan (COGS) yang turun signifikan dari US$ 102,59 juta pada semester I 2019 menjadi US$ 77,28 juta pada semester I 2020.

Selama periode Januari-Juni 2020, Samindo membukukan pendapatan US$ 97,48 juta, turun dari realisasi periode sama tahun lalu US$ 120,87 juta. Namun bottom line naik dari US$ 11,3 juta menjadi US$ 12 juta. Hal ini didorong oleh keberhasilan Samindo menekan sejumlah komponen beban antara lain beban umum dan administrasi dari US$ 4,63 juta menjadi US$ 3,86 juta. (RA)