JAKARTA – Blok Sakakemang di Sumatera Selatan akan dikembangkan secara bertahap. Hal ini sebagai langkah untuk bisa mempercepqt produksi gas yang dikelola Repsol, perusahaan asal Spanyol.

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), mengatakan  langkah percepatan untuk mengejar lifting migas tanah air.

Dalam konsep yang disiapkan SKK Migas bersama dengan kontraktor, nantinya Repsol ditargetkan bisa menyerahkan rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) pada tahun ini.

Dari total potensi cadangan sekitar 2 triliun kaki kubik (TCF), jumlah cadangan yang dapat dibuktikan dari pengeboran sumur KBD-2X akan dikembangkan terlebih dahulu dan akan dibuat PoD-nya lebih dulu.

“Kita lihat, Lemigas berapa. Kalau misalnya Lemigas bisa memberikan sertifikat tanpa pengeboran lagi, kami harapkan PoD-nya tahun ini. PoD tahap satu ya,” kata Dwi ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, Selasa (26/8).

Lebih lanjut dia mengatakan strategi SKK Migas saat ini adalah mempercepat produksi potensi yang sudah terbukti. Untuk itu, Repsol diminta untuk segera menyerahkan proposal PoD dengan data cadangan sementara. Apabila sudah dirasa cukup meyakinkan data tersebut maka cadangannya bisa segera diproduksi.

Sambil berjalan, nantinya Repsol akan tetap melakukan pengembangan Sakakemang dalam rangka memastikan total potensi yang terkandung di sana.

“Kami konsentrasinya mempercepat agar Sakakemang berproduksi. Itu yang akan diusulkan Repsol. Bisa saja dilihat, kalau ada ukuran yang bisa memproduksi lebih awal dikejar. Konsentrasinya kami bisa mempercepat produksi, meski belum total, dari cadagangannya,” ungkap Dwi.

Jaffee Arizona Suardin, Deputi Perencanaan SKK Migas, sebelumnya mengatakan persetujuan PoD Sakakemang dari pemerintah pada tahun ini terbuka. Meskipun dalam rencana awal Repsol masih harus melakukan pengeboran satu sumur appraisal.

“Mereka punya opsi, bisa menunggu itu (pengeboran) atau bisa langsung masukkan PoD sebelum pemboran,” kata Jaffee.

Pengeboran satu sumur Appraisal yang dijadwalkan semester keempat tahun ini sendiri kabarnya mengalami keterlambatan. Dwi menolak membeberkan kebenaran kabar tersebut dan hanya menegaskan bahwa percepatan PoD bisa dilakukan sebelum pengeboran satu sumur. “Konsentrasinya kita bisa mempercepat produksi, meski belum total, dari cadagangannya,” ujarnya.

Repsol SA menyatakan menemukan cadangan gas di Blok Sakakemang dengan perkiraan cadangan setidaknya 2 triliun kaki kubik (TCF). Repsol memegang hak partisipasi (participating interest/PI) sebesar 45% sekaligus sebagai operator blok. Sementara mitranya, Petronas memiliki saham partisipasi sebesar 45% dan MOECO 10%.

Percepatan produksi Blok Sakakemang, tambah Dwi, akan disesuaikan dengan kesiapan konsumen untuk menyerap pasokan gas ini. Sebelumnya, Repsol Group melalui afiliasinya, Talisman Sakakemang BV, telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) Tbk untuk pasokan gas dari Blok Sakakemang. MoU ini berlaku sejak 12 Juli 2019 dan akan ditindaklanjuti dengan penandatanganan Gas Sales Agreement (GSA) oleh para pihak.(RI)