JAKARTA – Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan membeberkan berbagai potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) dihadapan perusahaan Amerika Serikat yang dipimpin oleh Jeff Bezos, CEO Amazon, salah satu start up dan perusahaan e-commerce terbesar di dunia.

Dalam pertemuan disela pelaksanaan COP26 di Glasgow, Skotlandia itu Sri Mulyani menegaskan arah kebijakan serta komitmen pemerintah Indonesia untuk mendorong penggunaan EBT di tanah air sembari terus mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu juga dibahas peluang investasi dari bisnis manufaktur solar.

Dia menjelaskan peran swasta jadi kunci untuk menekam emisi global dari sektor energi.

“Indonesia memiliki berbagai potensi sumber daya renewable dan dunia berupaya menurunkan emisi karbon dan efek rumah kaca untuk menghindari bencana perubahan iklim,” kata Sri Mulyani dalam akum resmi Instagramnya, Selasa (2/11).

Sri Mulyani juga memberikan penjelasan ke Jeff dan rombongan mengenai pentingnya kolaborasi swasta dan pemerintah untuk mengejar target.

“Peran swasta dalam negeri dan global sangat penting dalam keberhasilan upaya tersebut,” ujarnya.

Sri Mulyani menegaskan bahwa pembangunan ekonomi Indonesia memang jadi pilar penting yang harus terus dijaga guna mengejar kesejahteraan masyarakat. Namun pemerintah kata dia berkomitmen untuk tetap memperhatikan lingkungan melalui implementasi penggunaan EBT secara optimal.

“Indonesia akan terus menyusun kebijakan pembangunan ekonomi dan perbaikan kesejahteraan masyarakat namun tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan dampak perubahan iklim,” tegas Sri Mulyani.

Mulai tahun 2030 PLN akan memasuki tahap pertama mempensiunkan pembangkit fosil tua yang sub-kritikal sebesar 1 gigawatt (GW). Kemudian pada 2035 memasuki tahap kedua, PLN akan kembali mempensiunkan PLTU sub-kritikal sebesar 9 GW.

Tahap ketiga pada 2040, PLN akan mempensiunkan PLTU yang super critical sebesar 10 GW. Lima tahun berikutnya, PLN akan dilaksanakan pemensiunan PLTU ultra super critical tahap pertama sebesar 24 GW dan setelah itu pada 2055 tahap pemensiunan super critical terakhir sebesar 5 GW.

Pada periode 2030 hingga 2056 mendatang, PLTU akan digantikan dengan energi baru terbarukan secara bertahap.

Pada masa transisi energi tersebut, PLN juga akan melakukan optimalisasi pembangkitnya untuk dapat menekan emisi yang dihasilkan. Beberapa pembangkit yang sudah berjalan akan dikonversi dengan menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. (RI)